BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Pameran dan pertunjukan seni mewarnai kampanye internasional 16 Hari Antikekerasan terhadap Perempuan (16HKtP) di Aceh yang difasilitasi LBH Banda Aceh. Kegiatan berlangsung 25 November sampai 10 Desember 2021.
Pergelaran ini dipusatkan di halaman kantor LBH Banda Aceh. “Kegiatan yang diadakan selama 16 hari tanpa jeda ini ikut melibatkan sejumlah seniman lokal,” kata Direktur LBH Banda Aceh, Syahrul, kepada jurnalis, Jumat (26/11).
Pameran seni rupa digarap seniman dari sejumlah komunitas, seperti Komunitas Tikar Pandan, Apotek Warna, Komunitas Kanot Bu, Camp Kulu, Kana Art Galeri, dan ISBI Aceh. Karya-karya yang ditampilkan berupa lukisan, mural, sound art, instalasi, dan pertunjukan seni. Pertunjukan seni yang dimaksud adalah musik, hikayat, puisi, teater, dan pemutaran film.
Selain itu turut digelar diskusi publik dengan 14 tema yang berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan dan kelompok rentan lainnya. “Kita tahu bahwa riwayat 16HAKtP berawal dari perjuangan Maribal bersaudari dari Republik Dominika, dan di antara tanggal 25 November sampai 10 Desember ada beberapa hari penting yang lekat dengan HAM, namun agar sense lokalitasnya tetap dapat, maka kami pakai tema ‘Tulak Bala’ atau tolak bala,” ujar Syahrul.
Di Aceh, ‘Tulak Bala’ atau tolak bala merujuk kepada ritual adat untuk menangkal bencana, penyakit, dan bahaya. Menurut Syahrul, tema itu dipilih untuk menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan bala yang harus ditolak melalui kampanye HAKtP selama 16 hari.
Perempuan di Aceh maupun Indonesia hingga saat ini masih kerap mengalami kekerasan. Komnas Perempuan pada 2020 menyatakan bahwa setiap jam ada tiga perempuan yang mengalami kekerasan, terutama secara seksual.
Data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Aceh per triwulan III tahun 2021, ada 357 kasus kekerasan terhadap perempuan yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Aceh. []
acehkini
