BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh mengecam tindak kekerasan petugas Satuan Polisi Pamong Praja terhadap seorang pedagang kakilima di Bireuen, Rabu (8/6). KontraS meminta polisi memproses hukum oknum Pamong Praja yang melakukan tindak kekerasan itu.
“Apapun dalihnya, cara brutalisme dan arogan ini tidak dapat ditolerir,” kata Wakil Koordinator KontraS Aceh Fery Kusuma dalam siaran pers, Jumat (10/6).
Rabu lalu, lima petugas Satpol PP memukul Mukhtar, pedagang keripik di Cot Gapu, Bireuen, saat melakukan penertiban pedagang kaki lima di kabupaten tersebut. Akibat kekerasan ini, Mukhtar mengalami luka ringan dan memar di badannya.
Menurut Fery, dalam melaksanakan tugasnya, Polisi Pamong Praja wajib menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.
“Seharusnya petugas Satpol PP mengunakan pendekatan dialog persuasif yang mengedepankan nilai-nilai Islam. Jangan seperti harimau kota,” katanya.
KontraS Aceh meminta pihak kepolisian harus segera melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Sekaligus meminta pemerintah Kabupaten Bireuen segera mengevaluasi pola rekrutmen anggota Satpol PP. Mereka harus orang-orang yang terdidik, beretika dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku.
“Satpol PP itu tidak kebal hukum. Polisi harus menunjukkan pada masyarakat bahwa hukum itu panglima,” tegas Fery.
Sementara itu, Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman mengatakan, pemukulan terhadap seorang pedagang keripik di kabupaten setempat, seharusnya tidak perlu terjadi. Namun kejadian itu diduga akibat anggota Satpol PP kehilangan kesabaran dalam mengahdapi pedagang kaki lima yang tidak mematuhi aturan yang berlaku.
“Karena sudah berulang kali pedagang keripik ditertibkan dari kawasan kota, tapi mereka tetap berjualan,” kata Bupati Nurdin Abdurrahman. []