BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Usai melakukan dialog selama tiga hari, pada hari terakhir para peserta dialog akan mengunjungi sejumlah rumah ibadah yang ada di Banda Aceh. Di sini, mereka akan mengadakan dialog dengan para jemaah masing-masing rumah ibadah.
Untuk rumah ibadah umat Islam, peserta akan mengunjungi Masjid Al-Maghfirah di Desa Lamdingin, Kecamatan Kuta Alam. Rumah ibadah lain yang dikunjungi yaitu Gereja Hati Kudus Simpang Lima (Kristen Katolik), Vihara Dharma Bakti (Budha), Kuil di Kedah, dan Gereja HKBP di Jalan Pelangi Kelurahan Kampung Mulia.
“Mereka akan berialog dengan jemaah yang ditemui di masing-masing rumah ibadah,” kata Juru Bicara Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh Juniazi saat dihubungi acehkita.com, Ahad (12/6) sore.
Selama mengunjungi rumah ibadah ini, kata Juniazi, para pemuka lintas agama bisa menanyakan langsung kepada jemaahnya soal pelaksanaan syariat Islam di provinsi berjulukan Serambi Mekkah ini. Apalagi, selama ini non-muslim di luar Aceh menerima informasi bahwa pelaksanaan syariat Islam berpotensi mengganggu kerukunan beragama.
“Jadi mereka bisa melihat langsung kenyataan yang ada. Mereka bisa bertanya pada umatnya langsung, apakah qanun-qanun tentang syariat Islam itu berlaku bagi non-muslim atau tidak,” ujar Juniazi.
Pada dialog lintas agama nanti, kata Juniazi, Pemerintah Aceh akan buka-bukaan mengenai pelaksanaan syariat Islam. “Selama ini citra yang dibangun orang, syariat Islam di Aceh tidak mengayomi umat agama lain,” lanjutnya.
Bagi Aceh, menurut Juniazi, dialog lintas agama sangat penting, karena ini bisa menjembatani dialog antarumat beragama yang ada di sini. “Selama ini kita jarang melakukan dengan lintas agama,” ujarnya. []