Wednesday, May 8, 2024
spot_img

Film Dokumenter Karya Mahasiswa Diputar di New Rex

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Dua film dari dua komunitas yang diputar di New Rex Cafe, Banda Aceh, Jumat (16/10) malam tadi mendapat apresiasi penonton. Seperti dilaporkan Crew Lamp On, kritikan terhadap kondisi negeri terucap seusai menonton karya visual tersebut.

“Harapan kami kondisi seperti di film ini bukan hanya didengar oleh kalangan mahasiswa tapi juga buat kalangan atas,” kata Robi, salah satu penonton, kepada Rona Afrizal dari Komunitas Lamp On. “Betul-betul menggugah,” tambah Boyhakki.

Kedua film yang diputar bertemakan pendidikan. Film fiksi dengan judul Benang Merah Impian, karya awak Benang Merah Production, serta film dokumenter Pulo Aceh Surga yang Terabaikan, karya Lamp On Aceh Film Community.

Benang Merah Impian merupakan film fiksi yang bercerita tentang seorang sarjana perempuan bernama Ira, yang prihatin akan kondisi pendidikan di negeri ini dan memilih untuk mengajarkan anak-anak di pedalaman Aceh. Padahal orang tuanya menghendaki dia untuk melanjutkan pendidikan S-2.

Suatu hari, Ira, sang tokoh utama berjumpa dengan Fadhil, seorang fotografer freelance yang selalu mengabadikan setiap kegiatannya di daerah tersebut dan mengeksposnya ke sebuah media ternama. Berita tersebut menarik perhatian banyak pihak terutama kalangan mahasiswa untuk ikut berpartisipasi menyalurkan media-media pembelajaran yang dibutuhkan anak-anak di daerah tersebut. Bahkan walikota pun turut serta memberikan apresiasi atas kepedulian Ira terhadap perkembangan pendidikan anak-anak negeri. Saat itulah orang tua Ira menyadari akan niat tulus dan cita-cita luhur anak mereka

Film yang mengambil setting lokasi syutting di Ladong, Mesjid Raya, Aceh Besar ini disutradarai Yuli Khairani.

Ainal Fitri, Produser Benang Merah menyebutkan, ide penggarapan film fiksi tersebut berawal dari perkembangan isu, yaitu Indonesia Mengajar. “Kita terinspirasi dari situ,” sebut Ainal dalam pesan singkat yang dikirimkan pada acehkita.com, malam tadi. “Anak muda harus sadar akan pentingnya pendidikan,” tambahnya.

Ainal menerangkan, ada sebuah target yang mereka inginkan dari karya film tersebut. Dimana, mereka menginginkan para sineas-sineas film di Aceh bisa terus melahirkan karya.

Sekedar diketahui, Benang Merah Production merupakan komunitas film yang dibentuk oleh beberapa mahasiswa Ilmu Komunikasi Unsyiah, yang fokus pada penggarapan film. Mereka di balik komunitas ini punya mimpi untuk terus berkarya dan menginspirasi khususnya dalam karya audio visual.

Benang Merah mengandung makna keterkaitan dan keterlanjutan. Dengan harapan tim yang dibentuk dapat terikat satu sama lain dan menghasilkan karya yang bermanfaat secara berkelanjutan. Sebagai salah satu media informasi kreatif, Benang Merah Production tidak hanya menghasilkan karya yang bersifat hiburan semata, tapi lebih mengedepankan nilai-nilai sosial, budaya, dan kearifan lokal yang dikemas dalam bentuk karya fiksi maupun dokumenter.

Film dokumenter, Pulo Aceh Surga yang Terabaikan.

Film ini dibuat atas dasar keprihatinan para traveler, yang sedang menjelajah Meulingge, sebuah daratan Pulo Aceh. Traveler yang tergabung dalam Komunitas Lamp On ini melihat daerah tersebut memiliki potensi, namun sangat kurang mendapat perhatian.

“Kita melihat hal itu penting. Apalagi Pulo Aceh itu terlalu indah untuk kita nikmati sendiri. Melalui film ini kita mengajak para penonton untuk sama-sama menikmati Pulo Aceh, sehingga muncul kepedulian bersama,” kata Ahmad Ariska, kameramen film Pulo Aceh, yang dihubungi acehkita.com.

Film yang disutradarai RA. Karamullah ini bulan lalu mendapatkan penghargaan Audience Choice pada Internasional Dokumenteri Film Festival SBM Golden Lens 2012 di Kedutaan Besar Belanda. Mereka yang berada di balik layar produksi film ini merupakan para alumni Muharram Journalism College, Banda Aceh.

Lamp On Aceh Film Community merupakan komunitas film lokal yang didirikan dengan modal semangat untuk mengembangkan dan memajukan kreatifitas pada bidang sinematografi, 28 April, 2010 lalu.

Kenapa Lamp On? Kata Lamp di ambil dari bahasa inggris yang diartikan lampu, yang merupakan ikon dari ide dan kreatifitas. Sedangkan On berarti hidup. Sementara dalam pengejaan bahasa Aceh disebut Lam on (dalam daun) bermakna sesuatu yang terpelihara dengan baik, dalam bahasa Indonesia di baca Lemon, asam tapi dibutuhkan.

Mesti skala lokal, komunitas ini telah melahirkan beberapa karya film terbaik, baik fiksi dan dokumenter, yang telah mendapat pengakuan. Misal film Dokumenter Ironi Dibalik Gaptek, yang meraih juara II pada Festival Video Edukasi 2011 Kementerian Pendidikan yang berlangsung di Surabaya. Baru- baru ini film pendek “jameun-jinoe” telah membawa Lamp On mewakili Aceh pada Jambore Film Pendek Nasional di Jakarta.

Berikut sinopsis singkat dua film tersebut:

– Meulingge, ibarat istana bagi jutaan ikan di Samudera Hindia. Elok panorama serta kekayaan bahari, menutup buram kehidupan ratusan jiwa warga desa di pulau paling barat Indonesia ini. Jalan berbatu membelah desa terbentang di antara curam pegunungan, penghubung antarpermukiman hanya lautan. Sekolah dan puskesmas dikelola alakadarnya, sementara listrik menyala seperempat hari. Hidup dengan segala kesulitan, cukup menempatkan Meulingge sebagai surga yang terabaikan.

– Ira, seorang sarjana yang punya cita-cita menjadi volunteer dan mengabdikan diri serta berbagi ilmu yang dimilikinya demi pendidikan anak-anak yang kurang beruntung mengenyam pendidikan setaraf anak-anak di kota besar. Ia memilih menjadi guru suka rela di sebuah desa yang jauh dari akses ibukota. Namun ibunya (Fadhilah) tidak menyetujui keinginan anaknya tersebut. Ia bersikeras ingin melanjutkan studi Ira ke luar negeri. Ira menolak halus, awalnya sempat terjadi pertentangan pandangan antara Ira dan orang tuanya. Namun akhirnya ia diizinkan menjadi guru suka rela oleh Fadhilah tapi tanpa mendapat fasilitas apapun dari orang tuanya.

Suatu hari Ira berjumpa dengan Fadhil, seorang fotografer freelance yang mengabadikan kegiatannya di daerah tersebut dan mengeksposnya ke sebuah media ternama. Berita tersebut menarik perhatian banyak pihak. Bahkan walikota pun turut serta memberikan apresiasi atas kepedulian Ira terhadap perkembangan pendidikan anak-anak negeri. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU