Thursday, April 25, 2024
spot_img

Wartawan Dianiaya di Mapolsek Banda Alam

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Wartawan media online dan mingguan Radar Nusantara yang bertugas di Aceh Timur, Basri Razali, 34, mengaku dianiaya dua pria karena mengonfirmasi jalan berdebu kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum setempat.

Ironisnya, aksi penganiayaan yang dilakukan kontraktor dan seorang rekannya, Selasa sore, terjadi di Mapolsek Banda Alam, Aceh Timur, dan ikut disaksikan Kapolsek setempat bersama sejumlah polisi.

Menurut Basri, tidak ada upaya pembelaan dari polisi saat penganiayaan terjadi. “Padahal, saat diajak menyelesaikan masalah di Polsek oleh kontraktor itu, saya sudah merasa aman karena beberapa polisi di sana mengenal saya sebagai wartawan,” katanya kepada acehkita.com yang menghubunginya, Kamis siang.

Menurut Basri, kejadian itu berawal ketika ia menerima keluhan sejumlah warga tentang kondisi jalan rusak berdebu di Keude Geurubak, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, sehingga menyulitkan warga setempat melakukan aktifitas sehari-hari.

Lalu, Basri mengonfirmasi hal itu kepada Kadis PU Aceh Timur, Yusuf Adam. Dia bertanya tentang kejelasan jalan yang dananya bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh apakah sebatas pengerasan atau akan diaspal.

“Menurut Pak Yusuf, dalam kontrak jalan itu diaspal dan akan dikerjakan dalam waktu dekat,” kata Basri mengutip keterangan Kepala Dinas PU Aceh Timur. Dia memberitahukan informasi dari Yusuf pada sejumlah warga yang sedang berada di sebuah warung kopi Keude Geurubak.

Tak berapa lama, ia menerima telepon dari seseorang yang mengaku kontraktor bernama Sulaiman yang mengajak bertemu. Tetapi, Basri menolak karena masih melakukan peliputan.

“Sejam kemudian, kontraktor itu bersama seorang temannya yang merupakan mantan kombatan GAM datang dan memaksa saya masuk mobil mereka untuk menyelesaikan masalah. Tapi saya menolak,” jelas Basri.

“Saya katakan kalau ingin berbicara di sini saja. Tapi, mereka tidak mau karena di situ banyak warga. Lalu mereka mengajak ke Polsek. Saya langsung mau. Saya pakai sepeda motor, sedangkan mereka menyusul di belakang dengan mobil.”

Begitu tiba di kantor Polsek, Basri masih sempat berbicara dengan seorang polisi yang menjelaskan bahwa akan ada kontraktor bertemu dengannya. Tidak berapa lama mereka pun tiba.

“Begitu turun dari mobil, mereka langsung meninju saya beberapa kali. Mereka berujar, ‘Jangan macam-macam kamu. Apa urusannya kamu menelpon Pak Yusuf Adam’,” ujar Basri mengutip gertakan Sulaiman.

Kepada Sulaiman dan rekannya, Basri bilang bahwa dia menelpon Yusuf sekadar mengonfirmasikan kondisi jalan yang dikeluhkan warga kepadanya. “Tapi kedua pelaku tak menggubris penjelasan saya. Malah mereka semakin beringas,” jelas Basri.

Saat pemukulan itu, tambah Basri, Kapolsek dan sejumlah personel polisi tidak bisa berbuat apa-apa. Polisi hanya terpaku menyaksikan penganiaayaan itu di depan mata mereka. Setelah Basri terjatuh, sejumlah polisi mencoba meleraikan.

“Itu yang saya sangat sesalkan. Kenapa polisi diam saja melihat pemukulan atas diri saya. Jika di kantor polisi saja mereka berani berbuat seperti ini, bagaimana di tempat lain,” kata Basri.

Setelah berhasil dilerai, kedua pelaku meninggalkan lokasi. Polisi tidak berusaha menangkap mereka. Lalu Basri yang merasa sakit di bagian kepala meninggalkan Mapolsek. Tujuannya ialah melaporkan kasus yang menimpanya ke Polres Aceh Timur. Dalam perjalanan ke Mapolres Aceh Timur, dia didampingi oleh seorang polisi.

Setelah melaporkan kasus itu ke Polres, Basri yang memar di wajah dan bagian kepala pusing-pusing, dia divisum di Rumah Sakit Umum (RSU) Idi. “Sampai hari ini saya masih nyeri di bagian telinga kanan. Saya juga tidak berani keluar rumah karena trauma,” katanya.

Ditambahkan bahwa sejak Rabu sudah ada upaya dari sejumlah pihak, termasuk Yusuf Adam untuk menyelesaikan penganiayaan itu melakukan jalan damai dan semua biaya berobat akan ditanggung.

“Tapi saya jawab bahwa kasus ini sudah saya laporkan kepada polisi. Saya harap proses hukum harus ditegakkan. Kalau dihentikan, ini menjadi preseden buruk bagi kebebasan pers di Aceh. Apalagi pemukulan itu terjadi di kantor polisi,” kata Basri.

Kapolres Aceh Timur, AKBP Iwan Eka Putra, ketika dikonfirmasi mengaku masih berada di Banda Aceh. Meski sudah menjadi Kapolres Aceh Timur beberapa hari lalu, tapi serah terima jabatan belum dilakukan. “Saya masih rapat, saya masih rapat,” katanya sambil menutup telepon.[]

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU