BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Belasan aktivis Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat (SMUR) berunjuk rasa di depan kantor Gubernur Aceh, Senin (4/1). Mereka menuntut Irwandi Nazar bertanggung jawab atas kegagalan membangun Aceh selama tiga tahun kepemimpinan mereka.
“Selama tiga tahun mereka memimpin, masih menyisakan masalah. Mulai lemahnya daya serap anggaran, sampai manajemen pemerintah yang loyo dan terkesan tanpa visi dalam membangun,” kata Heri Mulyadi dalam orasinya.
Dengan membawa berbagai poster kecaman, massa tiba di kantor gubernur sekitar pukul 11.00 WIB langsung dikawal oleh puluhan polisi dan Polisi Pamong Praja. Dalam orasinya, mereka menyorot berbagai kegagalan Pemerintah Irwandi Nazar. Mereka hanya berorasi di luar pagar sampai aksi bubar.
Menurut Heri, selain masalah anggran, Irwandi juga belum bisa mencegah pengangguran yang semakin hari semakin tinggi, yang berdampak kemiskinan yang masih berada di bawah rata-rata nasional.
“Memberantas kemiskinan bukan dengan cara nyetir mobil mewah sendiri, atau jalan-jalan ke luar negeri dengan alasan mencarai investor, tapi tunjukkan bukti nyata hasil kinerja kalian,” katanya.
Pengunjuk rasa juga menyorot masih rendahnya mutu pendidikan di Aceh, di mana Human Development Index (HDI) Aceh berada di nomor dua paling buncit setelah Papua. “Yang paling disayangkan pernyataan Nazar, yang katanya ‘tak ada pendididakan gratis dalam Islam’. Pernyatan itu pembodohan sitematik bagi Rakyat Aceh,” kata orator lainnya.
Sektor kesehatan juga menjadi sorotan pengunjuk rasa, di mana anggka kesehatan bayi dan ibu masih berada di bawah standar nasional, belum lagi masalah anak-anak gizi buruk yang masih terdapat hampir di semua daerah.
Sebelum membubarkan diri, massa pemerintah Irwandi dalam tempo seminggu menjelaskan kepada rakyat apa saja yang telah dilakukan selama tiga tahun mereka memimpin, serta rencana pemerintah ke depan. “Kalau dalam seminggu belum ada tanggapan kami akan datang lagi dengan massa lebih banyak,” ancam Heri.
Dalam aksi itu SMUR mendesak, Irwandi Nazar dalam sisa kepemimpinnya untuk, membuat perumahan yang layak bagi kaum duafa dan korban Tsuanmi yang masih dibarak. Membuka lapangan kerja seluas-luasnya, serta mengratiskan dan memperbaikin mutu pendidikan serta kesehatan. []