BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Sejumlah seniman yang tergabung dalam Seniman Taman Sari menyatakan penolakan mereka terhadap rencana pelaksanaan musyawarah besar Dewan Kesenian Banda Aceh pada Sabtu, 21 Desember nanti. Penolakan itu dikarenakan musyawarah besar itu digelar oleh pengurus lama yang sudah lima tahun tidak aktif di Dewan Kesenian.
Penolakan itu disampaikan oleh sejumlah pelaku seniman muda dan komunitas yang mewakili unsur seni sastra, tari, teater, film, musik, dan seni rupa. Mereka di antaranya novelis Azhari Aiyub, Anton Sabang, Muhadzdzier M. Salda, Herman RN, Muhammad Hamzah Hasballah, Imam Juwaini, Anton Sabang, dan Idrus M. Harun. Kalangan komunitas yang ikut menolak Mubes DKB di antaranya: Kanot Bu, Jeuneurob, Teater Rongsokan, Komunitas Saleuem, dan Pusat Kebudayaan Aceh Turki.
Juru Bicara Seniman Banda Aceh Herman RN menyebutkan, musyawarah besar untuk memilih kepengurusan baru Dewan Kesenian Banda Aceh tersebut tidak sah.
“Mubes diselenggarakan oleh kepengurusan DKB yang sudah tidak aktif selama lima tahun. Kami memandang pengurus lama yang sudah vakum tidak mempunyai legitimasi untuk melaksanakan Mubes,” kata Herman kepada acehkita.com, Jumat (20/12/2013).
Menurut Herman, lembaga yang sudah vakum selama lima tahun diragukan akan bisa bersikap transparan dan akuntabel. “Kami meragukan mereka. Dan kami memandang hal-hal prinsip seperti ini tidak bisa diselesaikan melalui mubes, tapi harus musyawarah luar biasa,” sebut penulis esai budaya itu.
Untuk itu, Seniman Taman Sari meminta agar Pemerintah Kota Banda Aceh mengambil alih musyawarah tersebut dengan melaksanakan musyawarah besar luar biasa. “Kami meragukan cara memilih seniman yang mengikuti mubes tersebut. Sebuah musyawarah harusnya diikuti oleh semua unsur seniman yang bergiat di pelbagai komunitas di Banda Aceh,” tambah Herman. []