BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Aceh menyebut virus corona varian baru asal Inggris, B.1.1.7 belum terdeteksi di Aceh. Masyarakat tidak perlu panik menyikapi informasi masuknya varian baru virus penyebab COVID-19 itu, tetapi perlu waspada. Sementara itu, ada penambahan empat kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Aceh pada Minggu (7/3).
“Virus corona B117 belum terdeteksi di Aceh, masyarakat tidak perlu panik tapi perlu waspada,” ujar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Aceh, Saifullah Abdulgani, dalam keterangannya yang diterima acehkitacom pada Senin (8/3) pagi.
Pria yang akrab disapa SAG itu menjelaskan, virus corona B.1.1.7 merupakan varian baru hasil mutasi virus SAR-CoV-2 penyebab COVID-19. Varian baru virus corona B.1.1.7 diumumkan pertama kali di Inggris pada akhir tahun lalu dan menyebar cepat ke sejumlah negara, termasuk Asia.
Ia menyebut, Kementerian Kesehatan RI menerima informasi ada dua kasus positif COVID-19 di Tanah Air dengan mutasi virus corona B.1.1.7, dari 462 sampel yang diperiksa pada 1 Maret 2021. Temuan tersebut dipublikasikan melalui website resmi Kemenkes pada 5 Maret 2021.
Menurutnya, mutasi virus merupakan fenomena alami yang terus terjadi dalam masa pandemi COVID-19 saat ini. Virus bermutasi sebagai mekanisme pertahanan diri untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah-ubah.
SAG mengatakan, hasil mutasi virus SAR-CoV-2 dikatakan lebih cepat menular, namun belum ada bukti ilmiah B117 lebih mematikan daripada virus corona yang kita kenal selama ini. Corona B.1.1.7 juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan sampel dengan real time polymerase chain reaction (RT-PCR).
Lebih lanjut, SAG menyampaikan, pemerintah telah antisipasi menyebarnya virus corona B.1.1.7 tersebut dengan memperketat masuknya orang asing ke Indonesia, meningkatkan surveilans di pintu-pintu masuk bandar udara internasional, serta meningkatkan testing dan tracing di tengah-tengah masyarakat.
“Pemerintah telah mengantisipasi sesuai standar penanganan penyakit menular, dan masyarakat tidak perlu panik namun harus lebih waspada saja,” sebutnya.
Ia menambahkan, kewaspadaan perlu kita tingkatkan juga di Aceh. Pengalaman sebelumnya, kasus pertama COVID-19 di Indonesia diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020, dan 25 hari kemudian sudah ada kasus pertama di Aceh. Artinya, tidak tertutup kemungkinan B.1.1.7 itu akan tiba juga di Aceh.
Karena itu, lanjut SAG, jangan pernah kendorkan, alih-alih mengabaikan protokol kesehatan. Gerakan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer, harus menjadi kebiasaan baru (new normal) masyarakat selagi pandemi COVID-19 belum dinyatakan berakhir.
Selain menjalani hidup new normal, Jubir Pemerintah Aceh itu juga meminta masyarakat menyukseskan program vaksinasi COVID-19. Vaksin corona Sinovac itu untuk membentuk antibodi sebagai perisai spesifik antivirus corona di dalam tubuh. Sementara sebagai antisipasi dari luar tubuh dengan tetap disiplin 3M.
“Menyukseskan vaksinasi merupakan tindakan menghambat proses mutasi virus corona melalui penularan yang terus-menerus,” kata SAG.
Kasus COVID-19 di Aceh Capai 9.609
Lebih lanjut, SAG melaporkan perkembangan terkini kasus COVID-19 di Aceh per 7 Maret 2021. Secara akumulatif, kasus COVID-19 di Aceh sudah tercatat sebanyak 9.609 kasus.
Dari total jumlah itu, para penyintas yang sudah sembuh sebanyak 7.870 orang. Penderita dalam perawatan sebanyak 1.354 orang (kasus aktif), dan kasus meninggal dunia sebanyak 385 orang.
SAG menyebut tambahan empat kasus baru positif COVID-19 di Aceh pada Minggu (7/3), masing-masing warga Aceh Besar sebanyak dua orang, warga Aceh Utara satu orang, dan satu lainnya merupakan warga dari luar daerah.
“Tidak ada penambahan kasus sembuh atau meninggal dunia dalam waktu 24 jam terakhir,” ujarnya.