Friday, May 3, 2024
spot_img

‘Perang’ di Malam Suci

“TEMBAK…!!!,” teriak seorang pemuda berbadan tambun. Seketika ledakan keras menggelegar, memecah kesunyian malam. Selang sekejab, suara dentuman balasan terdengar dari seberang sungai.

Sabtu, 19 September 2009, jelang dinihari. Gampong Lhoknga dan Pante Beureune, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya bergolak. Di tepi Krueng Meureudu yang membelah kedua desa, segerombolan pemuda tak jeda menyalak meriam. Rentetan ledakan terdengar tiada henti.

Ini bukan perang beneran. Hanya aksi membakar meriam bambu alias toet budee trieng dilakukan warga, untuk memeriahkan malam lebaran.

Toet budee trieng sudah jadi ‘ritual’ tahunan warga Lhoknga. Saban malam hari raya Idul Fitri dan Adha, salak meriam selalu menggema di sana. “Ini sudah dilakukan turun temurun,” kata Jafar, pemuda Lhoknga kepada acehkita.com.

Malam 1 Syawal lalu, mereka melakukannya secara massal. Di tepi sungai, belasan meriam bambu tertata. Kawasan ini biasanya sepi, tapi malam itu ramai.

Sekitar dua ratusan orang tumpah ke lokasi menyaksikan ‘perang’. Tak hanya pria, kaum hawa juga. Banyak pula warga dari kecamatan lain bertandang ke sana. Kerasnya dentuman meriam, menelan riuhnya obrolan manusia.

Di Pidie Jaya, aksi toet budee trieng malam lebaran, ada di sejumlah desa. Tapi Lhoknga punya keunikan tersendiri. Secara langsung mereka berhadapan dengan Pante Beureune, desa di seberang sungai, yang warganya juga melakukan hal serupa.

Saling balas dentuman inilah yang membuat warga takjub. Perang sudah disiapkan warga sepekan jelang lebaran. Sebelumnya, secara  warga mencari bambu hingga ke luar kabupaten. “Di mana ada kami beli dan kami yang tebang. Terus kami angkut dengan truk,” tutur Jafar.

Jelang siang hari meugang, secara bergotong-royong para kaum pria di sana mengolah meriam. Caranya, bambu dipotong, kemudian dilobangi pangkalnya.

Perihal bahan bakar, warga sudah membeli dua drum minyak tanah, plus beberapa jerigen bensin. Beberapa karung karbit juga disiapkan untuk menambah daya ledak di malam suci.
Warga ikut memasak kacang hijau dalam jumlah banyak untuk pengganjal perut para penyalak meriam.

Seluruh biaya ditanggung secara swadaya. “Warga menyumbang sesuai kuasa,” ujar Jafar.

Perang dimulai selepas shalat insya, sekitar jam 20.30 WIB. Namun baru panas usai pawai takbir keliling usai, jelang dinihari. Saat itu, suasana persis kontak senjata. Nyalak budee trieng terdengar berbalas sahut. Sesekali dentuman karbit menggelegar persis suara bom.

Uniknya, tak ada warga yang protes dengan aksi ini, meski suara ledakan cukup memekakkan telinga. “Kalaupun ada warga yang sakit, kami ungsikan dulu ke tempat lain,” sebut Jafar.

Toet budee trieng di malam lebaran sudah jadi tradisi sebagian masyarakat Aceh. Tapi, paling menonjol di Pidie dan Pidie Jaya.

Di beberapa kawasan dalam dua kabupaten bertetangga itu, tradisi toet budee trieng malah dilakukan serupa kenduri. Bahkan menelan biaya hingga jutaan rupiah.

Di Lhoknga, misalnya. Menurut Jafar, biaya yang mereka keluarkan untuk aksi toet budee hampir sepuluh juta. “Ini diperkirakan sudah cukup untuk tiga malam berikutnya.”

Di Kabupaten Pidie, Garot bisa jadi rujukan. Di sana malah warga lebih banyak menggunakan karbit sebagai bahan bakar ketimbang minyak tanah. Bisa dibayangkan gelegar dentumannya.

Hasri, warga Garot mengatakan, biaya untuk aksi malam lebaran sebagian besar ditanggung oleh para perantau yang mudik. “Mereka tak segan-segan menyumbang,” sebutnya.

Pukul 02.00 WIB Minggu (20/9) dinihari. Di sejumlah meunasah di Pidie Jaya warga mengumandangkan takbir. Di tepi Krueng Meureudu, Lhoknga dan Pante Beureune masih ‘berkecamuk’ hingga masuk subuh. Perang di malam suci, tradisi jelang silaturrahmi. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU