BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Pengukuhan Wali Nanggroe diwarnai aksi kericuhan antara aparat keamanan dengan massa pendukung wali nanggroe. Aparat keamanan sempat melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan massa yang mengamuk, Senin (16/12/2013).
Kericuhan itu terjadi usai pengukuhan Malik Mahmud sebagai wali nanggroe. Kegaduhan dimulai ketika massa berkumpul di ruas jalan di depan Masjid Raya Baiturrahman dan perempatan Kodim (akses menuju Pendopo Gubernur Aceh). Penumpukan massa di sana menyebabkan ruas di kawasan itu macet.
Informasi yang dihimpun acehkita.com, massa berupaya menuju Pendopo Gubernur untuk melihat prosesi peusijuek wali nanggroe. Namun, ratusan aparat keamanan memblokade jalan akses ke sana.
Saat merangsek ke Pendopo, massa mengibarkan belasan bendera bintang buleuen (bendera Gerakan Aceh Merdeka yang oleh DPRA telah disahkan sebagai bendera Aceh). “Tentara lalu mengambil bendera itu dan massa marah,” kata seorang saksi mata yang tak mau disebutkan namanya, Senin (16/12/2013).
Masih menuruk saksi mata tersebut, tak terima bendera diambil tentara, massa mulai marah dan melempar batu ke arah pasukan pengamanan. Di tengah suasana gaduh itu, aparat melepaskan tembakan peringatan ke udara.
“Massa tak terkendali. Itu hanya tembakan peringatan,” kata Wakil Kepala Polresta Banda Aceh Ajun Komisaris Besar Polisi Sugeng HS.
Seratusan lebih pasukan TNI dan Polri berpentungan, perisai, dan sejumlah lainnya bersenjata lengkap dikerahkan untuk mengendalikan massa, termasuk satu unit mobil water canon.
Massa mulai bisa dikendalikan setelah Komandan Kodim 0101/BS menyerahkan kembali bendera yang disita aparat.
“Bendera sudah diserahkan kembali ke kita,” kata seorang perwakilan massa dari atas mobil polisi. “Mari bubar.”
Setelah dibujuk oleh petugas pengamanan, massa akhirnya membubarkan diri dan menuju Masjid Raya Baiturrahman. []