BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Sekitar tiga puluhan mahasiswa asal Aceh Selatan berunjuk rasa ke Gedung DPR Aceh, Kamis (15/4). Mereka meminta Dewan mendesak PT. Pinang Sejati Utama (PSU) menutup operasionalnya di Kemukiman Manggamat, Kecamatan Kluat Tengah, karena meresahkan warga.
Mulmindra, seorang peserta aksi, mengatakan, dalam empat bulan terakhir, selama perusahaan tambang bijih besi itu beroperasi, lingkungan di sana rusak dan mengancam kehidupan warga.
“Sungai Lawe Kluet yang menjadi sumber air warga, airnya sudah keruh,” katanya dalam aksi yang berlangsung sekitar satu jam.
Selain itu, puluhan kilometer jalan di sana sudah rusak akibat seringnya dilintasi truk-truk besar pengangkut batu mengandung bijih besi itu, kata pengunjukrasa.
Mereka juga menuntut PT. PSU merealisasi janjinya kepada warga seperti membangun fasilitas, rumah ibadah, dan mempekerjakan warga di sana.
Zulfikar Muhammad dari Koalisi NGO HAM Aceh mengatakan, ribuan warga dari 2.000 lebih kepala keluarga di Manggamat kini kehidupannya terancam. Khususnya akibat sulitnya memperoleh air bersih, karena sumur dan sungai di sana mulai keruh akibat pertambangan dan debit airnya juga kian berkurang.
Jalanan yang berdebu juga mengancam warga terkena penyakit pernafasan. Di beberapa lokasi di sana juga terancam longsor karena struktur bebatuan di sana sudah terusik penambangan.
PT. PSU telah mengantongi izin tambang selama 20 tahun. Zulfikar menilai ini sebuah kejanggalan, karena dalam peraturan undang-undang, izin untuk pertambangan maksimal hanya 8 tahun.
Dia menuding PT. PSU tak menghiraukan dampak lingkungan. Koalisi NGO HAM dan mahasiswa menuntut perusahaan itu menutup operasionalnya, kemudian mengevaluasi dan membuat komitmen baru yang lebih mementingkan masyarakat banyak dan ramah lingkungan.
Sementara anggota DPR Aceh Jufri mengatakan, pihaknya akan membahas dulu masalah itu di parlemen Aceh dengan melibatkan para pihak, untuk selanjutnya disimpulkan apakah PT. PSU harus didesak tutup. “Mungkin dua minggu bisa terkejar,” katanya. []