BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Pemerintah Aceh diminta untuk mengalokasikan anggaran khusus bagi perawatan, pengadaan, dan digitalisasi naskah kuno terkait dengan sejarah daerah ini di masa lampau. Apalagi minat dan kesadaran masyarakat untuk memelihara naskah kuno mulai tumbuh dewasa ini.
Menurut Annabel, perhatian pemerintah Aceh terhadap pemeliharaan manuskrip kuno masih sangat kurang. “Masih banyak yang perlu dilakukan. Sekarang ada orang yang baru sadar dan menyimpan barang berharga dan bernilai untuk daerahnya. Jangan sampai ini dijual ke luar negeri atau disimpan dan tidak terawat. Ini merupakan satu oportunity bagi Pemerintah Aceh (untuk mengumpulkan naskah kuno tentang Aceh),” kata Annabel.
Naskah kuno yang menceritakan sejarah Aceh masih tersimpan di sejumlah perpustakaan di Inggris, Leiden (Belanda), Turki, dan Portugis. Pada 2007, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias mengalokasikan dana khusus bagi Museum Negeri Aceh untuk membeli dan memelihara manuskrip kuno yang berasal dari koleksi masyarakat. Setidaknya ada 300 naskah yang berhasil diboyong ke Museum Negeri Aceh.
Annabel menyebutkan, langkah ini perlu diteruskan agar manuskrip kuno bisa disimpan di Museum Negeri Aceh. “Naskah kuno di sini masih terbatas jumlahnya. Kalau tidak disediakan dana khusus mungkin kesempatan ini tidak akan datang lagi,” ujar staf ahli di The British Library.
Annabel memberi solusi. “Upaya digitalisasi manuskrip perlu dilakukan. Langkah ke sana sudah makin mudah dan gampang dilakukan, serta murah ,” ujarnya.
Buku-buku sejarah dan naskah kuno tentang percaturan politik dan perdagangan Kesultanan Aceh pada masa lampau bisa diakses malalui www.acehbooks.org. “Jadi, tidak penting lagi naskah itu disimpan di perpustakaan mana,” kata Prof. Anthony Reid, peneliti dari Australia National University. []