Thursday, April 25, 2024
spot_img

Menunggu Arti Hikayat Sabil

HARI INI, tepat tiga tahun lalu, ribuan massa mengantar Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar ke singgasana Aceh. Berikut tulisan lama yang kami tayangkan kembali, untuk pengingat. [Redaksi]

Kamoe Aceh lah Aceh …
darah pejuang … peujuang,
neubi beu rijang ya Allah ….
Aceh Mulia…

(Kami Aceh adalah pejuang, kasih secepatnya ya Allah, agar Aceh mulia)

LANTUNAN hikayat prang sabil mengumandang dari 20-an koor paduan suara sebuah sanggar seni mahasiswa. Di atas panggung mereka membangkitkan semangat, disambut lima ribuan orang di bawah panggung yang mengiringi dengan irama tepukan. Selepas siang, Kamis, 8 Februari 2007.

Itu adalah rangkaian prosesi yang disiapkan warga menyambut pemimpin mereka, pemimpin yang mereka pilih setelah konflik berakhir di Aceh. Bumi Seulanga baru saja menabalkan pemimpin baru, Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar dilantik beberapa jam lalu sebagai gubernur dan wakil gubernur Aceh.

Adi/ACEHKITA.COM
Adi/ACEHKITA.COM
Sedikit gambaran penabalan itu. Gedung dewan ramai dari pagi. Sekitar satu kilometer jalan utama di depan gedung ditutup untuk umum, hanya tamu undangan yang boleh memasuki pelataran itu. Ada sekitar seribuan tamu yang hadir ke sana, sebagian di dalam ruangan dan sebagian lagi menyaksikan dari televisi dari luar ruangan.

Menang dalam pilkada Aceh, 38,20 persen suara, Irwandi – Nazar tiba ke sana sekitar pukul 09.00 WIB. Baju kebesarannya putih-putih. “Selamat, Bang,” “Selamat, Pak,” para tamu berebutan memberi ucapan.

Bahkan ada yang mencoba memeluk erat, tanpa sungkan. Seakan mereka begitu akrab dengan orang yang dulunya dicibir sebagai pemberontak.

Wartawan berebutan membidik momen. “Heeeehhhh,” ada beberapa wartawan yang spontan mencibirkan mulut saat mendengar ucapan selamat yang penuh basa-basi. Tentu saja, sambil berpaling muka.

“Itu lihat, sudah ada yang mulai menjilat,” seorang rekan membisikkan ke telinga saya. “Biasa itu, pola lama,” saya menjawab.

Hampir bersamaan, beberapa mantan panglima GAM hadir. Tampak Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) GAM Muzakkir Manaf, Juru Bicaranya (saat itu) Sofyan Dawood dan beberapa mantan panglima wilayah lainnya. Semuanya dengan baju safari hitam-hitam, ada juga yang dilengkapi dasi.

Mewakili kalangan petinggi GAM, Perdana Menteri Malek Mahmud tak ketinggalan. Beberapa tamu yang paham sempat mengernyitkan dahi, maklum sang Meuntroe sempat menjadi lawan politik Irwandi – Nazar saat awal pilkada dulunya.

Pukul 09.50 WIB, sidang dibuka langsung Ketua DPRD Aceh, Sayed Fuad Zakaria. Sebelumnya ada pembukaan dan membaca ayat suci alquran oleh sesuai protokoler, disambut dengan nyanyian Indonesia Raya. Irwandi dan Nazar khidmat, Mulutnya komat-kamit mengikuti irama. Malek Mahmud diam saja, dia adalah warga negara Swedia.

Dalam pidato pembukaan sidang pelantikan gubernur 2007-2012 itu, Sayed berujar, “Pilkada di Aceh bukan peristiwa biasa. Ini dapat menjadi contoh proses perdamaian dan demokrasi bagi daerah lain.”

Sesaat kemudian giliran Hasan Basri, Sekretaris DPRD Aceh membacakan surat keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bernomor 3/P/2007. Dalam surat tersebut dinyatakan pemberhentian dengan hormat pejabat gubernur Mustafa Abubakar.

Selain itu, mensahkan Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar sebagai gubernur dan wakil gubernur Aceh selanjutnya. “Diberikan gaji pokok sesuai undang-undang yang berlaku,” tulis SBY.

Mendagri, Mohammad Ma’aruf dalam sambutannya berharap gubernur baru dapat menurunkan angka kemiskinan di Aceh, di mana 40 persen rakyat Aceh berada di bawah garis kemiskinan. Menurutnya, dengan adanya UU Pemerintahan Aceh, hal itu mungkin diwujudkan. “Legitimasi besar dan dukungan dana yang sangat signifikan,” katanya sesaat sebelum mengambil sumpah

Tepat pukul 10.20 Irwandi – Nazar mengucapkan sumpah jabatannya. Menjalankan pemerintahan sesuai dengan UUD 45 dan Pancasila serta peraturan yang berlaku. Mendagri Muhammad Ma’aruf membimbing mereka yang disaksikan Mahkamah Syariah Aceh. Lancar tanpa kendala.

Semua tamu berdiri, kendati ada satu dua yang membandel. “Demi Allah, saya bersumpah, …, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, …,” di luar ruangan ada tamu yang riuh saat itu, tapi hanya sekejab. Entahlah. Lalu mereka kembali memusatkan perhatian ke televisi yang dipasang di depan.

Banyak saksi dalam sumpah Irwandi – Nazar. Hampir seluruh warga di seluruh Aceh membuka siaran televisi pemerintah yang menyiarkan langsung sidang paripurna DPRD itu.

Resmi sudah, kursi nomor satu di Aceh yang baru damai dipimpin mantan gerilyawan. Kepala Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh – Nias, Kuntoro Mangkusubroto, menyatakan Irwandi Yusuf akan mulai bekerja di lembaga itu besok. Di hari pertama, direncanakan akan digelar pertemuan membahas perkembangan rekonstruksi Aceh. Secara otomatis, Gubernur adalah Wakil Ketua Badan Pelaksana BRR.

Situasi di pusat kota sempat lenggang selama setengah hari. Di depan kantor DPRD sepanjang radius 500 meter terlihat deretan papan ucapan selamat. Di depan kantor-kantor pemerintahan di Banda Aceh, spanduk selamat kepada gubernur baru berkibar. Iklan yang sama di media massa lokal di Aceh juga bertabur.

“Semoga Aceh bisa makmur dengan pemimpin baru,” kata Salamah, seorang warga yang berdiri tenang di pagar depan kantor DPRD yang dijaga ketat.

***
MARKAS dewan rakyat kosong. Hikayat sabil menggema sesudahnya. Pada suatu tempat sekitar satu kilometer dari sana, kenduri (pesta) rakyat di Taman Ratu Safiatuddin, juga ramai. Berbondong warga yang datang dari daerah telah memenuhi areal itu. Mereka juga tak melewatkan detik-detik pelantikan dengan menonton layar lebar dan puluhan televisi yang menyiarkan langsung gubernur mereka dilantik.

Di taman sang ratu, para tamu undangan bukan pejabat, tapi rakyat. Massa telah mengalir dari daerah-daerah di kabupaten/kota seluruh Aceh sejak pagi. Bahkan dua hari sebelumnya. Mantan gerilyawan GAM, masyarakat biasa berbaur bersama.

Faisal, 25 tahun, warga Bireuen yang telah dua hari tiba di Banda Aceh untuk melihat pelantikan dari dekat. “Saya ingin memeriahkan pelantikan gubernur Aceh, yang telah kami pilih,” sebutnya.

Jelas dia tahu tak bisa masuk ke gedung DPRD tempat gubernur disumpah. Karena keterbatasan tempat, hanya tamu undangan yang bisa nongkrong di sana. “Setidaknya Irwandi dan Nazar pasti akan melihat kami di pesta ini, setelah pelantikannya,” sebut Faisal.
Benar saja. Di kursi kehormatan sekitar pukul 14.30 Wib, duduk Irwandi dan Nazar dengan pakaian adat. Mereka diapit Malek Mahmud, Sofyan Dawood, Usman Lampoh Awe (Tokoh GAM) dan para bekas panglima wilayah. Sejumlah bupati terpilih dan beberapa ulama juga tampak di sana.

Massa sempat berebut menyalami mereka, memegang tangan orang yang diagungkan laksana raja. “Saya sangat bangga berjabat tangan dengan orang yang kami pilih, kami berharap banyak darinya (Irwandi-Nazar),” sebut Ali, warga Aceh Besar.

Ali yang telah berumur 52 tahun mengakui baru kali ini melihat pesta yang dibuat rakyat menyambut gubernur yang baru terpilih. “Sebelumnya tidak ada,” setidaknya sepanjang hayat Pak Ali. Wajar, pilkada 11 Desember lalu, rakyat yang memilih sendiri pemimpinnya, bukan oleh anggota dewan.

***
PESTA rakyat itu bukan tanpa persiapan, masyarakat telah merencanakannya jauh-jauh hari. Setidaknya begitu pengakuan Muhammad Thaib (MTA), Koordinator acara itu. Muhammad Thaib sendiri adalah Koordinator Event Organizer Sentra Informasi Referendum Aceh (SIRA), bertanggung jawab dalam setiap acara yang dimotori SIRA.

Menurutnya, 30 ekor sapi disiapkan untuk makan bersama warga yang hadir. Dananya?

“Sumbangan dari masyarakat, banyak dari warga yang menyumbang ala kadarnya,” sebutnya.

Bukan hanya sekedar kenduri. Malam menjelang pelantikan, seluruh masyarakat yang hadir mengadakan doa dan zikir bersama beriring membaca surat Yasin. Tujuannya, untuk kesuksesan pelantikan dan lestarinya perdamaian yang masih muda di tanah rencong. Zikir akbar akan digandeng dengan ceramah agama, “disampaikan oleh Abu Tanoh Mirah, salah seorang ulama kharismatik di Aceh,” ujar MTA

Kembali ke atas panggung jelang sore itu. Usai Lagu Perang Sabil berkumandang sejenak, Sofyan Dawood, juru bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) berkomentar di atas panggung. “Harapan masyarakat Aceh adalah gubernur dan wakilnya yang dipilih oleh rakyat mampu membawa kesejahteraan buat Aceh, kemakmuran bagi masa depan Aceh,” pekik Mantan Juru Bicara GAM itu, warga bertepuk.

Dia menyebutkan pilkada Aceh yang sangat demokratis telah menentukan pemenangnya. Sebelumnya dalam kampanye semua calon yang maju untuk memimpin Aceh pernah berjanji untuk menjaga terus perdamaian. Artinya, mereka yang kalah pun harus komitmen dengan janjinya itu. “Mari kita jaga sama-sama Aceh, jangan melepas tanggung jawab,” sebutnya.

Tak lama berselang, Irwandi dan Nazar beserta istrinya kemudian naik panggung, duduk di diatas pelaminan adat yang telah disiapkan. Malek Mahmud, Usman Lampoh Awe dan ulama kharismatik Tgk Abu Tanoh Mirah, melakukan prosesi adat, mem-peusijuk gubernur baru itu.

Massa yang hadir bangkit dari duduk, tepuk tangan membahana, menyambut pemimpin baru yang mereka pilih pada pilkada Aceh. Doa kemudian mengiringi hari pertama Irwandi – Nazar bertugas sebagai pemimpin, sampai 2012.

Harapan rakyat sesuai ujung lagu hikayat prang sabil itu, … neubi beu rijang ya Allah …. Aceh Muuuuuliaaaaaa… []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU