BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — KAMARUZZAMAN duduk bersila di musalla Markas Besar Kepolisian Kota Besar Banda Aceh. Di sekitarnya belasan kerabat ikut serta. Mengenakan kemeja putih, pria berusia 44 tahun itu menghadap penghulu. Di musalla itu, Kamaruzzaman hendak mempersunting kekasih hatinya, Harina Wati binti Muhammad Ismail.
Kamaruzzaman melangsungkan prosesi pernikahan di saat tengah menjalani hukuman di balik jeruji besi Mapoltabes Banda Aceh, Senin (31/5). Di hadapan orangtua mempelai wanita, warga Desa Perumpin, Kecamatan Montasik, Aceh Besar, ini melafalkan akad nikah dan menyerahkan mas kawin kepada keluarga mempelai wanita, secara lancar.
Kapoltabes Banda Aceh Komisaris Besar Armensyah Thay, Teuku Irfan (bos di tempat Kamaruzzaman bekerja), dan beberapa rekan kerja Kamaruzzaman menjadi saksi pernikahan di hotel prodeo itu.
Usai pernikahan, kedua mempelai memperlihatkan wajah sumringah, berseri-seri. Senyum tak lekang dari wajah kedua sejoli ini. Padahal, usai menyantap kenduri ala kadarnya, Kamaruzzaman harus kembali ke balik terali besi, mempertanggungjawabkan tindakannya yang telah merenggut nyawa TM Yakub, 46 tahun, warga Masjid Pirak, Matangkuli, Aceh Utara.
Prosesi ini terbilang langka di lingkungan Mapoltabes Banda Aceh. Kapoltabes Banda Aceh Komisaris Besar Armensyah Thay berjanji akan memberikan kesempatan kepada Kamaruzzaman dan Harina Wati untuk “berbulan-madu”.
“Kita nanti kasih kesempatan kepada tersangka,” kata Armen. “Sayang juga kan, kalau dia tidak bisa berbulan madu. Kami akan sediakan tempat.”
Lagi-lagi, kedua mempelai tersipu malu mendengar kabar ini. []