BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Lima orang dikabarkan meninggal dalam peristiwa gempa yang mengguncang Aceh, Rabu (11/4) sore. Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat korban meninggal itu tersebar di empat kabupaten/kota yang dilanda kepanikan.
Kepala BPBA Asmadi Syam mengatakan, korban meninggal adalah Khatijah Hamid (70), warga Aceh Barat Daya; M. Yasin (70), warga Banda Aceh; M. Yusuf (70), warga Aceh Besar; dan seorang pria berusia 39 tahun di Lhokseumawe.
“Mereka meninggal bukan karena rentuhan, tapi karena kepanikan mungkin jantungan,” kata Ismadi Syam, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Kamis (12/4/2012).
Mengenai kerusakan, Asmadi menyebutkan, tidak terjadi kerusakan parah di daerah. Pun begitu, ia telah meminta BPBD di daerah untuk mendata kerusakan yang ditimbulkan gempa, termasuk korban jiwa. Di Banda Aceh, kerusakan terjadi di gedung PT Tabungan Asuransi Pensiun (Taspen) dan pagar penjara di Lambaro.
Sementara itu, Asmadi mengakui, seharusnya sirene tsunami dibunyikan begitu mendapat peringatan tsunami dari BMKG. Tapi pihaknya, baru membunyikan 30 menit setelah gempa.
Asmadi menyatakan, ia telah berkoordinasi dengan Pj Gubernur Aceh Tarmizi A. Karim, tapi diinstruksikan jangan tekan tombol sirene karena bisa menyebabkan warga takut.
“Saya yang pencet bukan gubernur, kita takut dikatakan pemerintah tidak peduli,” terang Asmadi.
Keterlambatan bunyi bunyi sirene juga diakibatkan, kepanikan yang terjadi di kantor gubernur. Saat listrik padam dibutuhkan genset, tapi pegawainya sudah kabur menyelamatkan diri.
“Kami harus hidupkan genset dulu, baru bisa nyalakan sirene,” kata Asmadi.
Dari empat sirene tsunami yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar, satu diantaanya tidak menyala, yaitu di Desa Blang Oi, Ulee Lheue. Kawasan itu dulu hancur disapu tsunami. []