Tuesday, May 7, 2024
spot_img

Kelompok Jalin Ada di Aceh Sejak 2005: Al Chaidar

LEMBAH SEULAWAH | ACEHKITA.COM — Kelompok garis keras yang diduga mengadakan latihan militer di pegunungan Jalin, Aceh Besar, diperkirakan telah berada di Aceh sejak 2005, usai tsunami menghumbalang Aceh. Kelompok ini melirik Aceh karena daerah ujung barat Indonesia ini memberlakukan syariat Islam.

Chaideer Mahyuddin/ACEHKITA.COM
Chaideer Mahyuddin/ACEHKITA.COM
“(Mereka) agak kecewa karena syariat Islam yang diterapkan di sini itu agak artifisial,” kata pengamat terorisme Al Chaidar kepada wartawan di lokasi perburuan kelompok garis keras di Desa Teuladan, Kecamatan Lembah Seulawah, Selasa (9/3).

Al Chaidar yang dosen Universitas Malikussaleh itu berbicara panjang lebar soal kelompok garis keras yang sejak akhir Februari lalu menyedot perhatian publik di Aceh. Berikut petikan wawancara Al Chaidar dengan wartawan di Desa Teuladan.

Siapa yang meninggal di Pamulang. Benarkah Dulmatin?
Yang di Pamulang kita sudah verifikasi bahwa itu bukan Dulmatin melainkan, Umar Patek.

Kenapa Anda yakin bukan Dulmatin?
Kita coba hubungi beberapa teman lama di Jamaah Islamiyah maupun Islam dan mereka menyatakan negatif, bahwa itu bukanlah Dulmatin. Lain halnya nanti versi kepolisian ya.. Setahu mereka (Dulmatin) masih ada Filipina.

Kelompok ini jaringan mana?
Saya juga gak tahu habis, tapi memang kelompok-kelompok yang yang masih ada itu adalah Pandegelang, Cilacap, dan termasuk Labuan.

Bagaimana dengan kelompok di Aceh?
Dengan kelompok di Aceh mereka berhubungan yakni yang memasok senjata. Mereka juga yang pertama kali mengirimkan beberapa orang dari Aceh untuk berlatih di Mindanou (Thailand Selatan). Ini warga Aceh, jumlahnya 18 orang.

Bagaimana keterlibatan GAM?
Tidak adanya hubungannya dengan GAM. Karena banyak di antara mereka yang menjadi, apa namanya, (setelah) bertemu di Lembaga Pemasyarakatan. Tidak ada dari mereka yang berada di dayah-dayah dan pesantren.

Siapa yang mereka targetkan?
Target kelompok ini menjadikan Aceh sebagai tempat latihan, dan menjadikan beberapa target di Selat Malaka. Berdasarkan pembicaraan sekitar tahun 2006-2007 ya, itu mereka akan menyerang beberapa tempat orang asing. Tapi sekarang orang-orang asing kan sudah tidak ada di Aceh. Setahu saya mereka tidak ada (keterkaitan) dengan kedatangan (Barrack) Obama, karena mereka juga tidak terlalu update terhadap kedatangan itu.

Lalu apa sasarannya?
Masih rencana-rencana lama. Mereka menganggap Aceh sebagai wilayah paling barat dan menilai sangat strategis dan lebih mudah lari ke Malaysia dan Thailand selatan terutama. Karena ada jarigan-jaringan juga kan di sana.

Mereka datang ke Aceh, apa karena daerah ini memberlakukan syariat Islam?
Begitu mereka datang dari Banten dan Cilacap dan menganggap ini (syariat Islam) penting. Mereka menganggap ini penting dan melihat Aceh sebagai syariat Islam. Setelah menetap ternyata agak kecewa karena syariat Islam yang diterapkan di sini itu agak artifisial.

Kapan pertama sekali masuk ke Aceh?
Pertama masuk 2005. Saya bertemunya pertengahan (2005) di Aceh Besar. Banyak di antara mereka, setahu saya, lewat laut.

Setelah penyergapan, bagaimana persediaan logistik mereka?
Setahu saya logistik mereka sangat sedikit dan biasanya acara latihan. Kode (untuk latihan) itu Dauroh, itu paling lama hanya satu minggu. Jadi mereka itu datang berlatih di tempat yang jauh dari permukiman dan pulang setelah itu. Biasanya itu berkumpul semua sel-sel dan setelah itu mereka bubar.

Yang di Jalin?
Seperti kemarin itu Dauroh, cukup ramai juga seperti dari Aceh Tamiang, Aceh Utara, Sigli, Pidie dan juga dari Aceh Besar sendiri. Dauroh itu semacam pertemuan atau millitary gathering. Ada pertemuan, maka bergabunglah dan baru megadakan latian bersama dari berbagai lapisan.

Kalau latihan satu-satu kelompok firkah atau satu sel itu biasanya istilahnya adalah Usroh. Itu satu-satu kelompok kecil. Biasanya mengadakan latihan paling banyak 10 orang. Tapi kalau melibihi 60 orang bahkan ratusan orang itu, sudah dauroh.

Rekrutmen mereka bersifat kekeluargaan, dan yang boleh masuk itu dilihat yang mempunyai hubungan kekeluargaan, contohnya seperti keponakan.

Baru setelah ini mereka menjadikan polisi sebagai musuh, target. Sebelumnya itu mereka masih berpikiran musuh mereka adalah tentara. Sementara saat ini sudah menjadikan polisi sebagai target.

Apakah mereka terkait dengan Al Qaida?
Dengan Al Qaida mereka juga terkait. Karena sebagian besar dana dan pelatihan di Mindanau itu didukung Al Qaida. Kemungkina juga beberapa orang di antara mereka yang ikut dalam pelatihan itu ada beberapa wakil dari Al Qaida untuk melihat latihan langsung. Biasanya latihan itu adalah proposal awal untuk memperoleh dana.

Bagaimana penguasaan medan kelompok ini?
Sejak masuk 2005, kalau menguasai medan, belum. Baru sedikit dari mereka yang berasal dari Aceh. Pimpinan mereka yaitu Said Al Achehi, saya menduganya adalah Abu Saifuddin dan bukan orang Aceh dan belum bisa bahasa Aceh. Mereka belum kenal lapangan, baik secara geografis maupun budaya. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU