BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Meningkatnya aksi kekerasan menjelang pelaksanaan pemilihan umum di Aceh ditengarai akibat lemahnya fungsi intelijen. Padahal, polisi sudah memiliki data daerah rawan. Hal ini dikemukakan anggota Komisi III DPR RI M. Nasir Djamil di Banda Aceh, Selasa (25/3/2014) siang.
Menurut Nasir Djamil, pelbagai kasus tindak kekerasan yang terjadi dalam tiga bulan terakhir ini seharusnya tidak perlu terjadi dan bisa dicegah. Pasalnya, Kepolisian Daerah Aceh sudah memetakan daerah rawan.
Namun, kata Nasir, kekerasan terus saja terjadi. Hal ini dikarenakan lemahnya fungsi intelijen dalam mendeteksi pelbagai ancaman dan gangguan keamanan.
Anggota DPR RI asal pemilihan Aceh itu juga meminta agar polisi bertindak tegas dalam menangani kasus kekerasan politik yang terjadi di Bumi Seulanga.
Ia menyatakan, Komisi III telah tiga kali menyomasi Kepala Kepolisian RI untuk lebih berani dalam menghadapi kasus kekerasan di Aceh.
“Dalam menangani kasus kekerasan, polisi tidak boleh tebang pilih dan harus bersikap profesional,” kata dia.
Jika polisi melakukan praktik tebang pilih, sebut Nasir, dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi dan akan melahirkan kasus kekerasan baru. []