KUTA COT GLIE | ACEHKITA.COM — Abdul Majid, warga Desa Cot Leupung, yang bersama-sama Kamaruddin dan Suheri yang menjadi korban penembakan oleh polisi, mengatakan, keberadaan mereka di kawasan pegunungan Jalin, Jantho, Senin malam hanya untuk mencari ikan saja. Mereka sama sekali tidak terlibat dalam kelompok yang diduga sedang menjalani latihan militer di pegunungan Jalin.
Kamaruddin dan Suheri ditembak aparat kepolisian pada Senin malam. Kamaruddin tewas di tempat. Sementara Suheri yang tertembak di dada dan kakinya hingga kini masih menjalani perawatan di RS Bhayangkara Polda Aceh. Polisi mengakui bahwa mereka salah tembak.
Menurut Abdul Majid, mereka berangkat dari kampung ke Jalin sekitar pukul 15.00, Senin. Sekitar 1 kilometer sebelum mencapai sungai di pegunungan itu, Abdul Majid, Kamaruddin, dan Suheri, berjumpa dengan dua kelompok bersenjata.
“Mereka menyetop kami,” kata Abdul Majid kepada wartawan, Selasa. “Kami bilang mau cari ikan. Lalu kami berjumpa lagi dengan mereka sebelum sampai ke sungai.”
Selepas Magrib, Abdul Majid dan dua rekannya ini mencari ikan di sungai yang ada di pegunungan Jalin. Baru menjelang pukul 22.00 WIB, mereka pulang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan anggota Brimob.
“Mereka ada yang berteriak teratai,” kata dia. “Kan kami tidak tahu apa-apa.”
“Waktu disuruh berhenti, kami berhenti terus… tapi kawan saya sudah kena,” ujarnya.
Menurut dia, ada tembakan peringatan. “Karena Aceh sudah aman, kami tidak tahu,” kata Majid.
Ia kemudian diinterogasi polisi dan ditanyakan perihal kelompok bersenjata. Majid mengaku bertemu dengan dua kelompok bersenjata itu. Satu kelompok berjumlah enam orang. Majid mengidentifikasi senjata yang mereka gunakan berupa M-16.
“Mereka berjenggot,” kata Majid. “Tapi saya pikir itu anggota polisi yang sedang operasi ganja,” lanjutnya.
Komite Peralihan Aceh meminta agar polisi mengusut tuntas kasus salah tembak dua warga sipil ini. []