BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Pemerintah Jepang tengah menggalang dukungan untuk menjadikan 5 November sebagai Hari Tsunami Dunia. Tanggal itu ditetapkan untuk menghormati jasa seorang warga Jepang yang berjasa menyelamatkan penduduk sebuah desa dari amukan tsunami.
Hal itu disampaikan Ketua Liga Parlemen Jepang-Indonesia Toshihiro Nikai dalam kunjungan kerja dua hari di Provinsi Aceh, Rabu (25/11/2015).
Berada di Aceh, Nikai berziarah ke kuburan massal Siron, tempat dimakamkan lebih 46 ribu korban tsunami. Dari sana, ia bergerak ke Museum Tsunami, lalu keesokan harinya berkunjung ke PLTD Apung dan gedung penyelamatan tsunami di Kecamatan Meuraxa.
Nikai menyebutkan, gagasan menjadikan 5 November sebagai Hari Tsunami Dunia sudah diutarakan kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla saat berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu.
“Kedua tokoh Indonesia ini memberikan dukungan. Atas dukungan ini, saya bisa bersemangat untuk mengajak seluruh dunia untuk menetapkan 5 November sebagai hari tsunami dunia,” ujar Nikai kepada wartawan saat ditemui di depan Museum Tsunami Aceh, Rabu (25/11/2015) sore.
Nikai menyebutkan bahwa sebanyak 132 negara telah menyatakan dukungannya terhadap gagasan Hari Tsunami Dunia itu. Dalam waktu dekat, gagasan ini akan dibahas di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
“Mereka berjanji untuk mendukung gagasan kami,” lanjut Nikai.
Nikai merasa penting meminta dukungan dari Indonesia. Karenanya, Nikai mengutarakan gagasan ini pertama sekali kepada Presiden Joko Widodo. Setelah mendapat dukungan dari Indonesia, Jepang akhirnya mendekati negara lain untuk menggolkan gagasan ini.
“Indonesia pernah dilanda tsunami hebat, yang menimbulkan korban jiwa sebanyak 220 ribu orang,” kata Nikai.
Lantas, kenapa 5 November digagas menjadi Hari Tsunami Dunia, bukan 26 Desember?
Nikai punya jawabannya. Sekitar 166 tahun lalu atau 5 November 1854, Jepang pernah dilanda tsunami hebat dengan tinggi gelombang 8,4 meter, tepatnya di kawasan Nankai, Tokai, dan Kyushu. Tsunami raksasa ini terjadi setelah rangkaian gempa selama tiga hari dengan magnitude 7,4 pada skala Richter hingga 8,4 SR.
Menurut cerita rakyat di Jepang, ada seorang besar yang menyelamatkan penduduk sebuah desa dari amukan tsunami itu. “Ini penghargaan dan penghormatan kepada orang besar itu,” kata Nikai.
Peristiwa tsunami yang menelan korban jiwa hingga 100 ribu orang itu kini menjadi materi pembelajaran tsunami di Jepang. Jepang juga sudah menetapkan cerita rakyat dan peristiwa tsunami itu dalam UU Jepang. []