BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Dalam rangka menyambut peringatan enam tahun perjanjian damai (Memorandum of Understanding) antara Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah Republik Indonesia di Helsinki 15 Agustus 2005, seratusan mahasiswa yang tergabung dalam Petisi 15-8 MoU Helsinki menggelar aksi di Bundaran Simpang Lima, Peunayong, Banda Aceh, Senin (15/8) dinihari. Dalam aksi yang digelar pada malam hari itu mereka menuntut penegakan implementasi MoU Helsinki di Aceh.
“Tegakkan implementasi MoU Helsinki di Aceh,” kata Sopian, salah seorang orator dalam aksi yang dimulai pukul 11.55 hingga 02.00 dinihari.
Sopian yang juga Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh itu kepada acehkita.com menyebutkan, aksi tersebut digelar untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap belum sesuai MoU Helsinki.
Aksi Petisi 15-8 MoU Helsinki itu merupakan gabungan 21 lembaga yang di antaranya BEM IAIN Ar-Raniry, BEM Unmuha, BEM Serambi Mekkah, BEM Abulyatama, BEM FKIP Unsyiah, AMPD Aceh dan sejumlah lembaga lainnya. Dalam aksi tersebut, mereka membawa spanduk dan foto-foto korban konflik.
Hingga enam tahun MoU Helsinki, menurut Sopian, masih banyak korban konflik yang belum mendapat perhatian serius dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi juga belum terbentuk hingga sekarang.
“Mana perhatian eksekutif dan legislatif di Aceh, juga perhatian pemerintah pusat,” seru dia.
Menurut dia, eksekutif dan legislatif di Aceh abai terhadap nasib korban konflik dan tentang KKR.
Dalam aksi itu, mereka juga menyerukan pemerintah agar berkomitmen untuk menjaga dan merawat perdamaian Aceh. []