BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Gerakan “Duduki Banda Aceh/Occupy Banda Aceh” menggelar aksi di depan kantor Gubernur Aceh di Jalan Teuku Nyak Arif Lampineung, Selasa (1/11). Aksi yang diikuti 30-an massa itu meminta agar Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menyetop eksplorasi kekayaan Aceh melalui perusahaan pertambangan.
Gerakan Occupy Banda Aceh diikuti sejumlah lembaga, seperti Tikar Pandan, Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat, LBH Banda Aceh, Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh, dan sejumlah organisasi massa lain.
Lima anak punk (punker) yang ada di Banda Aceh juga ambil bagian dalam aksi tadi. Punker ikut menyanyikan lagu untuk membangkitkan semangat para pengunjukrasa.
Pantauan acehkita.com, massa Occupy Banda Aceh membawa sejumlah spanduk dan poster, yang isinya menuntut agar Pemerintah Aceh menyetop eksplorasi biji besi di Lhoong (Aceh Besar) dan Manggamat (Aceh Selatan).
“Pertambangan telah menelan korban yang cukup banyak,” kata seorang pengunjukrasa. “Pertambangan telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan kami di Aceh Selatan.”
Fauzan Febriansyah, koordinator Gerakan Occupy Banda Aceh, menyebutkan, melalui eksplorasi pertambangan di Aceh, kekayaan alam di daerah ini dikeruk dan hasilnya dinikmati oleh pengusaha dan brooker dari luar.
“Dari tahun 2009-2011 saja sudah tercatat sebanyak 1,03 miliar kilogram biji besi dirampok dan dibawa ke luar negeri dengan jumlah nilai mencapai USD 37,3 juta. Itu angka yang sangat besar,” kata Fauzan.
Namun, sebut Fauzah, keuntungan yang diperoleh Aceh sangat kecil dari eksploitasi tambang itu. “Tapi nilai USD 37 juta itu tidak pernah dinikmati oleh masyarakat di sekitar lokasi eksplorasi,” lanjut Fauzan.
Hery Mulyadi, aktivis SMUR, mengatakan, gerakan 99 persen menduduki Banda Aceh sengaja digelar untuk mengajak semua gerakan di Aceh untuk menuntut peningkatan kesejahteraan rakyat.
“Kami menuntut supaya Pemerintah Aceh menghentikan eksploitasi pertambangan yang ada di seluruh Aceh,” kata Hery. “Hasil pertambangan tidak berpengaruh pada pendapatan daerah dan masyarakat di daerah pertambangan.”
Selain melakukan orasi dan nyanyian, sejumlah pendemo terlihat mencoret-coret pagar di depan kantor Gubernur. Di plang bertuliskan “Kantor Gubernur Aceh”, pengunjukrasa menulis “Irwandi Rakus!” di bagian kiri, dan “Nazar Serakah!” di bagian kanan.
Massa juga menuliskan “hentikan izin tambang di Aceh” dengan cat pilok warna hitam dan merah. Aksi mendapat pengawalan dari aparat kepolisian. []