BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Penulis buku Jurnalisme Bencana, Bencana Jurnalisme, Ahmad Arif, mengisi kuliah umum mengenai kebencaan di Indonesia di sekolah jurnalistik MJC AJI Banda Aceh, Senin (11/02/2013) malam.
Kuliah umum ini diikuti oleh sekitar dua puluhan mahasiswa dan alumni sekolah jurnalistik Muharram Journalism College. Dalam kuliah umum kali ini, MJC juga menghadirkan fotografer harian Kompas Agus Susanto sebagai pemateri.
Dalam kuliah umum tentang kebencaan ini, Arif menjelaskan bahwa rumah tradisional di Indonesia dinilai lebih tahan gempa dibandingkan rumah modern sekarang yang dibangun dengan kontruksi batu maupun bata.
“Rumah batu sekarang masih meragukan terhadap tahan gempa,” kata Arif yang pernah memimpin Ekspedisi Cincin Api di Kompas.
Menurut Arif, rumah tradisional masyarakat Indonesia lebih tahan gempa karena dibuat mengunakan kayu sehingga saat gempa mengguncang tidak mudah roboh. Hal itu berbeda dengan rumah batu maupun bata yang mudah roboh saat diguncang gempa.
“Bukan gempa yang mematikan. Tetapi akibat rumah runtuh yang menyebabkan orang luka-luka atau tewas,” jelasnya.
Arif mengungkapkan bahwa, jika rumah tradisional akan rubuh saat diguncang gempa, maka rumah itu akan rpboh ke samping sehingga tidak akan menimbulkan korban jiwa. “Tapi jika rumah beton akan roboh ke bawah dan dapat menimbulkan korban jiwa,” ujarnya.
Selain itu, Arif juga menjelaskan bahwa Aceh sering dilanda gempa akibat adanya patahan yaitu Sesar Semangko atau dikenal juga dengan Patahan Sumatera. Namun patahan itu juga memberi manfaat bagi warga untuk menambang emas.
“Meski adanya Patahan Sumatera, namun banyak juga warga yang tinggal di patahan ini,” jelasnya. “Banyak berkah juga yang kita temukan. Apalagi dulu pulau kita ini (Sumatera) dikenal dengan Pulau Emas.” []