KEUMALA | ACEHKITA.COM — Suara dentuman yang bersumber dari “teut karbet” di sejumlah desa di Kecamatan Indrajaya dan Kecamatan Delima, Pidie, terdengar jelas hingga radius 10 kilometer.
Dentuman itu makin jelas terdengar kala malam telah larut. Pada Rabu (31/8), masyarakat Desa Gampong Aree (Kecamatan Delima), Garot (Indrajaya) serta sejumlah desa di kawasan itu membakar meriam karbit. Mereka membuat meriam dari drum minyak tanah diameter 50-60 centimeter. Satu meriam terdiri atas rangkaian dua hingga empat drum, dengan panjang hingga tiga meter.
Meriam karbit merupakan “pengembangan” dari meriam bambu. Suara yang dihasilkan meriam berbahan baku drum dan karbit, lebih menggelegar, sehingga terdengar hingga radius 10 kilometer.
Di sejumlah desa di Kecamatan Keumala, seperti Desa Jijiem, Pulo Pante, Pulo Baro, Kandang, dan Cot Nuran –yang terletak di pinggiran Krueng Baro, suara dentuman “teut karbet” di Garot dan Gampong Aree terdengar jelas. Bahkan, sesekali dentuman bak perang itu menggetarkan bangunan rumah.
“Raya that su bude karbet di Garot (Keras sekali suara bakar karbit di Garot),” kata Muhammad Riza, warga Desa Cot Nuran.
Suara serupa juga terdengar di Kecamatan Sakti dan sebagian Titeue.
Saat berita ini ditulis pada pukul 00.10 dinihari, Kamis (1/9), suara meriam karbit masih nyaring terdengar.
Teut karbet dan bude trieng merupakan tradisi turun temurun masyarakat Aceh. Di Garot dan Gampong Aree, tradisi ini digelar seperti perlombaan. Meriam karbit dijejerkan di Desa Gampong Aree dan diarahkan ke Garot. Begitu juga sebaliknya. Dua wilayah yang dipisahkan sungai Krueng Baro ini layaknya sedang berperang, saban malam lebaran Idul Fitri.
Tak hanya bude trieng dan karbit, mereka juga memeriahkan malam Idul Fitri dengan pesta kembang api. []