Saturday, April 27, 2024
spot_img

Ceria Yatim Tak Sempurna

Di tengah ‘koar’ Pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat, Afdhal tumbuh tanpa asupan gizi sempurna.

Bocah itu hanya bisa terbaring dan duduk di ranjang. Tubuhnya tak ubah tulang yang hanya terbalut kulit tipis tanpa daging. Muhammad Afdhal, mentap hampa ke depan.

Dari raganya, sulit dipercaya bahwa ia telah sebaya dengan murid kelas satu SD, kini tujuh tahun. “Saya tidak tahu ada apa dengan anak saya. Orang bilang dia gizi buruk,” tutur Nazariah, ibu Afdhal di ruang Kesehatan, Anak Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh, Jumat (17/7).

Afdhal, bungsu dari enam bersaudara, asal Keude Teupin Raya, Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie. Mulanya, ia terlahir normal, seperti bayi lainnya. “Setelah tiga bulan, baru ada tanda-tanda. Beratnya agak turun,” cerita Nazariah.

Afdhal lahir tanpa ayah lagi. Lukman, sang ayah telah tiada, sejak ia masih dikandung ibu. Kala itu Aceh masih bergolak. Lukman tewas ditembak pihak bertikai. “Ayahnya ditembak karena dituduh GAM,” cerita Nazariah dengan mata berkaca-kaca.

Kelahiran Afdhal disambut sukacita keluarga. Duka Nazariah usai suami tiada, mulai terobati. Afdhal bayi yang menggemaskan kala itu. Nazariah menggantung asa, bisa melihat Afdhal tumbuh besar dengan ceria seperti saudaranya yang lain. Tapi takdir berkata lain.

Tiga bulan usianya, berat badan Afdhal mulai menurun. Fisiknya kian melemah. Kala dia berusia 18 bulan, tubuh Afdhal tinggal tulang. “Dokter bilang saat itu dia kekurangan air,” ujar Nazariah.

Afdhal beberapa kali dibawa ibunya ke dokter anak di Sigli. “Dokter tidak pernah mengatakan Afdhal harus diopname. Dokter hanya bilang pencernaan dia tidak lancar.”

Nazariah tak tahu berbuat apa, pasrah menerima keadaan. Ia membiarkan Afdhal tumbuh dalam kasih sayangnya di rumah. Afdhal melalui hari-hari diranjang dalam deraan penyakitnya.

Selama itu, Nazariah mengaku tak pernah mendapat bantuan apapun dari Pemerintah, termasuk Pemkab setempat. Dua pekan lalu, atas saran warga, Nazariah membawa Afdhal ke Rumah Sakit Umum Sigli. Berbekal surat Jamkesmas, sepekan ia diopname di sana, sebelum dirujuk ke RSUZA.

Empat hari dirawat di kamar Twetty, Afdhal mulai membaik. “Dia memang sulit makan. Selama di sini, dia makan dan minum susu lewat slang,” tuturnya.

Nazariah sangat berharap anaknya bisa normal seperti anak seusianya. “Saya sangat berharap ada yang membantu mengobati putra saya.”

Jam menunjukkan pukul 10. 40 WIB. Di luar pekarangan RSUZA, anak seusia Afdhal, ceria menunggu jam pulang di sekolahnya. Tapi Afdhal tak seberuntung mereka. Dia hanya bisa terbaring seolah mengharap iba.[]

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU