jagadsip.wordpress.com

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Batu akik dan giok tengah naik daun di Aceh. Ia menjadi sumber ekonomi baru masyarakat provinsi ini. Hanya saja, ketenaran batu mulia itu menyebabkan omzet penjualan burung kicau merosot, kalah tenar.

Para penjual burung kicau bisa memperoleh omzet mencapai Rp10 juta per hari, sebelum batu mulia booming. Namun kini, para pedagang burung kicau terpaksa harus puas dengan omzet yang hanya Rp3 juta per hari.

Ismail, salah seorang penjual burung kicau, menyebutkan, sejak demam batu giok melanda masyarakat Aceh, ia terpaksa membanting harga burung kicau. Jika biasanya burung jenis kacer dijual Rp500 ribu per ekor, kini terpaksa dijual setengah harga.

“Tidak ada lagi pecinta burung kicau,” kata Ismail saat ditemui di tokonya di Keutapang, Banda Aceh, Sabtu (14/3/2015).

Namun, Ismail hakul yakin para penggemar akan kembali ke “habitat” burung kicau begitu batu mulia tak lagi diminati.

Ismail menyatakan, peminat burung kicau mulai menurun dalam beberapa bulan terakhir ini.

Hal senada dikemukakan Ahmad. Pedagang Toko Ahmad Jaya di Neusu, ini mengaku omzet penjualan burung kicau menurun.

“Biasanya sehari laku Rp7 juta hingga Rp10 juta sehari,” kata Ahmad, “sekarang hanya Rp3 juta saja.”

“Paling sekarang orang ke toko hanya untuk beli pakan burung saja. Yang datang membeli burung sudah berkurang,” lanjut Ahmad.

Seperti diketahui, sejak awal tahun ini masyarakat Aceh tengah menggandrungi batu mulia. Di Banda Aceh, pusat penjualan batu giok dan akik diserbu warga, seperti di Ulee Lheue. Begitu pula ketika ada dua kali pameran di Banda Aceh. Bahkan, omzet lima hari pameran di Pasar Atjeh II beberapa waktu lalu mencapai Rp7 miliar. []

GHAISAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.