Friday, April 19, 2024
spot_img

Belajar Sejarah Perang di Korean War Museum

MUSEUM adalah tempat yang wajib dikunjungi untuk mengetahui sejarah suatu bangsa. Di Korea Selatan sendiri ada puluhan museum yang layak untuk dikunjungi namun buat yang penasaran dengan perang saudara, maka The War Memorial of Korea adalah tempat yang wajib didatangi.

Berawal dari cerita Jee Hee tentang kakeknya yang tidak terbiasa makan pedas karena sedari muda terbiasa merasakan makanan yang agak tawar, cerita tentang perang Korea menarik minat saya.

“Hari itu kakek saya pamit pada keluarganya untuk berkunjung ke tempatnya di Nam dan akan kembali ke Bukhan dalam beberapa hari. Namun beberapa hari setelahnya perang pecah dan sampai meninggal beberapa tahun lalu kakek saya tidak pernah sekalipun berhasil melihat kembali dan berkomunikasi dengan saudaranya dan dia hanya sendiri di sini,” cerita Jee Hee, teman Korea saya.

“Saudara dan orang tuanya hanya hidup dalam banyanganya sampai ia meninggal” tambahnya lagi.

Lain teman juga bercerita bahwa kakek dan neneknya harus bergeliya selama beberapa tahun sebelum akhirnya bertemu di sebuah pulau. “Mereka berjanji sebelum perang memisahkan mereka kalau mereka selamat beberapa tahun kemudian saat perang berakhir mereka akan bertemu lagi.”

Nam adalah sebutan untuk Korea Selatan di masa lalu. Nam berarti Selatan sedangkan Bhukan merupakan sebutan untuk Korea Utara. Kalau melihat banyak drama Korea mereka masih menyebutkan Bhukan untuk wilayah Korut.

Hari itu saya ditemani oleh Jimin yang kebetulan juga baru pertama kali datang ke museum ini. Kami datang dengan menggunakan bus. Berada di Yongsan-dong, Yongsan-gu, Seoul, Korea Selatan, museum yang dibuka pada tanggal 10 Juni 1994 beberapa hari setelah peringatan Korean Memorial Day yang jatuh pada tanggal 6 Juni. Bangunan tiga lantai ini mempunyai tujuh ruang pameran indoor dan ruang display outdoor yang memamerkan setidaknya 13 ribu memorabilia perang dan perlengkapan militer dalam tema yang berbeda.

The War Memorial ini dibangun untuk monumen peringatan banyaknya perperangan yang telah dilalu oleh negeri Gingseng ini mulai dari perang pada masa kerajaan masa lalu, perang melawan Jepang, perang saudara hingga konflik kekinian. Namun tempat ini tidak hanya memamerkan keperkasaan perang namun juga hal negatif lainnya yang terjadi kala perang yang diramu dalam edukasi tur.

Ada tiga monumen utama yang akan menyambut kita di Main Gate. The Peace Clock Tower yang mengambarkan dua anak perempuan yang memegang jam ini merupakan simbol dari harapan orang Korea untuk adanya National Reunification (berkumpul kembali) dan perdamaian jam pertama berhenti pada angka dimana perang saudara utara dan selatan terjadi sedangkan jam satunya menunjukan waktu real time.

The Statue of Brothers yang merupakan penggambaran nyata apa yang terjadi di perang korea bagaimana dua orang bertemu di medan perang namun berada di dua pihak yang berbeda. Pelukan mereka seperti di patung menggambarkan harapan untuk perdamaian, rekonsiliasi dan pertemuan. Apa yang ada di patung ini juga sudah difilmkan dengan judul Tae Guk Gi: The Brotherhood of War pada tahun 2004, film yang sangat menyentuh ini diperankan dengan apik oleh Jang Dong Gun dan Won Bin sebagai kakak beradik. Film ini juga memperoleh banyak penghargaan internasional dan juga pengingat akan perang saudara.

Monumen ketiga adalah The Korea War Monument untuk mengingatkan para generasi tentang perang sehingga bisa menjaga perdamaian sampai di masa akan datang. Tidak hanya itu, di halaman museum yang luas ini juga ada berbagai replika pesawat tempur, kapal bahkan tank dan mobil perang. Bagi anak-anak terdapat museum perang khusus untuk pandangan mata anak dilengkapi juga dengan kisah pahlawan perang, cerita kemerdekaan dan video.

Nah kalau masuk melalu pintu utama para pengunjung akan ditawari guide gratis dalam tiga pilihan bahasa yaitu Inggris, Jepang dan China tak hanya itu, banyak peta dan self audio yang bisa dibuka diaplikasi Android bagi mereka yang akan berpetualang sendiri dalam museum yang besar.

Tujuh ruang indoor yang dapat Anda kunjungi di sini adalah The Memorial Hall, The War History Room, The Korean War Room, The Expeditionary Forces Room, The Armed Forces Room, The Large Equipment Room dan The Korean Defense Industries Room. semua yang dipamerkan dalam ruangan ini adalah replika, diorama dan rekaman sejarah.

Sedangkan ruang display outdoor berisi peralatan-peralatan yang dipakai saat perang Korea dan beberapa persenjataan besar bangsa lain. Jangan salah, yang dipamerkan di sini bukan hanya  dalam bentuk replika namun peralatan asli yang memang pada saat itu digunakan. Seperti tank, mobil amfibi, artileri, mobil lapis baja, kapal selam, radar yang digunakan para Perang Dunia II, perang Korea dan perang Vietnam. Pengunjung boleh masuk dan menyentuh semua perlengkapan yang dipamerkan. Juga ada patung-patung tentara untuk menggambarkan detail perang yang terjadi beberapa puluh tahun silam itu. Keren kan.

Ketika memasuki The Memorial Hall, Jimin berceloteh kalau bangunan menjulang tinggi ke atas sebagai monumen buat mereka yang meninggal dalam perang itu mengingatkannya pada salah satu sudut di Museum Tsunami Aceh. “Sangat mirip ya, rasa merindingnya juga.”

Ruangan Korean History Room menggabungkan banyak cerita sejarah perang masa lalu, dari peralatan, catatan, alat-alat hingga tanda pengenal sebagai tentara. Menariknya ada replika kapal perang jenderal YI Sun Sin dalam perang melawan Jepang pada masa Joseon. Tak hanya itu beberapa lembar ujian untuk menjadi prajuri pada masa lalu juga tersimpan rapi. Di ruangan ini juga terdapat beberapa sinyal-sinyal perang yang digunakan.

“Ini adalah sinyal asap” Kata Jimin sambil menunjuk empat cerobong asap pada sudut ruangan. “ Kalau Cuma satu asap yang keluar berarti aman, Kalau dua yang menyala berarti musuh sudah mencari jalan bergeliya mendekat, tiga asap artinya mereka sudah mulai memasuki daerah pertahanaan dan asap kempat yang menyala berarti parang sedang berlangsung” tambahnya lagi.

Jimin juga menjelaskan dulu ada beberapa kerajaan besar di Korea seperti Silla, Muryeong dan Guryeo sebelum adanya Dinasti Joseon. “ nama Korea itu diambil dari nama Guryeo namun sesuai dengan pelafalan orang-orang berniaga dengan kerajaan ini sedangkan kami sendiri menyebut negara ini dengan nama Daehan Minguk,”ceritanya.

Memasuki The Korean War Room yang khusus menceritakan tentang perang Korea. Ruangan ini didesain dengan menggabungkan tata cahaya, suara dan bahkan bau mesiu agar pengunjung dapat merasakan atmosfer perang pada saat itu. Ada beberapa Visual dengan sensor kaki, video akan terputar begitu kaki menyentuh lantai pameran.  Juga ada ruang simulasi pendaratan tentara dalam bentuk 4 D.

Selain itu ada ruang The Other War di mana kita dapat mendengar cerita seorang kakek tentang peristiwa yang dialaminya beberapa puluh tahun lalu saat ia berusia 20 tahun, berperang dalam musim dingin buruk dan mengungsi dengan melintasi sungai Han yang membeku takut mati akan perang namun juga takut akan kelaparan dan kedinginan. Kisah itu ditampilkan dalam bentuk  4D pengunjung dapat merasakan efek seperti para pengungsi saat itu dengan berbagai spesial efek dingin dan badai salju. kisah itu memperlihatkan bagaimana buruknya perang dan betapa tidak enaknya terusir dari rumah secara paksa divisualkan dengan bahasa ringan seperti percakapan kakek dan cucunya membuat banyak orang tersentuh mendengar dan melihatnya seperti beberapa orang di samping saya yang menitihkan air mata.

Ruang yang juga menarik adalah the Expeditionary Forces Room yang mempunyai Shooting Area dan para pengunjung boleh bereksperimen dengan K-2 rifle. Ada juga ruang ROK (Republic of Korea) Armed Forces Room buat pecinta drama Korea Descendants of The Sun ini bisa jadi ruang favorit. Karena tentara tidak hanya didominasi oleh laki-laki maka tersedia sebuah ruang khusus bagi kisah-kisah tentara wanita.

Museum ini juga menampilkan beberapa cerita tentara dan testimoni mereka tentang perang yang mengambarkan betapa banyak mimpi buruk yang meraka alami bahkan bertahun-tahun setelah perang. Disalah satu ruang kisah dan testimoni saya melihat seorang pria asing menyapu air matanya. Nenek dan kakek peserta tur saling bercerita pengalaman mereka. “Kisah perang itu bagus untuk menjadi pelajaran bukan untuk diteruskan,” kata Jimin ketika keluar dari museum. []

KHITHTHATI (SEOUL, KOREA SELATAN)

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU