Thursday, April 25, 2024
spot_img

Angka Stunting di Aceh Turun Jadi 33,2 Persen di 2021

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Stunting masih menjadi masalah kesehatan anak di Aceh hingga saat ini. Kabar baiknya, data dari Kementerian Kesehatan dalam Studi Status Gizi Indonesia (SGGI) Tahun 2021, angka prevalensi stunting di Aceh mengalami penurunan menjadi 33,2 persen di 2021. Meski demikian, angka tersebut masih di atas rata-rata nasional yakni 24,4 persen.

Menurut Gubernur Aceh Nova Iriansyah, data tersebut menunjukkan keberhasilan penurunan, didmana berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2018 menyebutkan, angka prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen, dan di Aceh tercatat 37,9 persen. Dengan kata lain terjadi penurunan angka prevalensi sebesar 4,7 persen.

Hal itu disampaikan Nova Iriansyah pada peringatan Hari Gizi Nasional ke-62 yang mengusung tema ‘Aksi Bersama untuk Turunkan Stunting dan Obesitas di Aceh’, Minggu (23/1/2022). Acara yang berlangsung secara virtual itu diikuti Gubernur Aceh dari rumah dinas dengan didampingi Kepala Dinas Kesehatan Aceh dr Hanif dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh, Nevi Ariyani.

Gubernur Aceh Nova Iriansyah menjelaskan, sejak keluarnya hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 yang menyebutkan angka prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen dan di Aceh tercatat 37,9 persen, Pemerintah Indonesia mulai mencanangkan aksi bersama yang disebut ‘Gerakan Nasional Pencegahan Stunting’. Gerakan itu diluncurkan Presiden Joko Widodo di Jakarta medio 2018 lalu

Menyahuti gerakan tersebut, kata Nova, Pemerintah Aceh kemudian menyiapkan langkah-langkah strategis untuk menurunkan angka stunting, yang termuat dalam Peraturan Gubernur Aceh Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi di Aceh.

“Sebuah gerakan bersama dikenal dengan Gerakan Upaya Pencegahan dan Penanganan Stunting (Geunting), kemudian diluncurkan pada 3 Maret 2019 di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh,” ujar Nova.

Ia menyebut, kebijakan itu menjadi landasan untuk menggalang komitmen para pihak agar siap mengakomodir kebutuhan pelayanan bagi setiap anak Aceh. Pelayanan dimaksud bersifat komprehensif, mulai dari masalah kesehatan, sosialisasi, peningkatan gizi, pemantauan, evaluasi dan lainnya.

Menurutnya, langkah strategis yang dilakukan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Aceh secara perlahan tapi pasti membuahkan hasil. Sesuai data Kementerian Kesehatan dalam Studi Status Gizi Indonesia (SGGI) yang diumumkan Desember 2021, tercatat angka prevalensi stunting di Indonesia turun menjadi 24,4 persen.

Angka Stunting di Aceh Turun Jadi 33,2 Persen di 2021
Prevalensi stunting menurut provinsi, SSGBI 2019 dan SSGI 2021. Dok. Litbangkes

“Sementara untuk Aceh, angka prevalensi stunting turun menjadi 33,2 persen. Angka ini menunjukkan sebuah indikator kemajuan yang dilakukan bersama, selain itu menjadi petunjuk bagi para pihak di Aceh untuk terus bekerja menurunkan stunting, minimal setara dengan rata-rata nasional,’ kata Nova.

Nova menambahkan, pandemi COVID-19 yang masih melanda negeri ini bukanlah kendala dalam berbuat yang terbaik untuk anak Aceh. Di masa pandemi, Pemerintah Aceh bersama pemerintah kabupaten/kota di Aceh juga terus berbuat melalui berbagai kegiatan, seperti kampanye dan sosialisasi, mendorong Rumoh Gizi Gampong, sampai pemanfaatan dana gampong untuk penanganan stunting dan gizi buruk.

Ia juga juga menyampaikan, pencegahan stunting bukan hanya urusan melalui penanganan gizi dan kesehatan, tetapi juga berkaitan dengan masalah sanitasi, pola pengasuhan, ketersediaan dan keamanan pangan, pendidikan, kemiskinan, dan politik.

Penanganan stunting dan gizi buruk termasuk masalah obesitas di Aceh disebut merupakan kerja besar yang harus dilakukan terus menerus melalui berbagai kebijakan, kampanye dan sosialisasi. Hal itu disebut bukan hanya tugas pemerintah, tetapi gerakan bersama guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) Aceh yang sehat dan tangguh demi masa depan yang lebih baik.

“Karenanya, kami selaku Pimpinan Pemerintah Aceh mengajak seluruh pemerintah daerah, lembaga swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lintas sektor lainnya dapat mengambil peran bersama dalam menuntaskan segala permasalahan berkaitan dengan isu-isu stunting dan gizi guruk di Aceh,” kata Nova.

Kegiatan ‘Aksi Bersama untuk Turunkan Stunting dan Obesitas di Aceh’ juga menghadirkan sejumlah pembicara, seperti Kepala UNICEF Perwakilan Aceh Andi Yoga Tama, Kepala Dinkes Aceh dr. Hanif, Direktur Poltekkes Kemenkes Aceh T. Iskandar Faisal, Ketua DPD Persagi Aceh Junaidi, Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat Dr. Tan Shot Yen, hingga Spesialis Nutrisi UNICEF Indonesia David Colozza. []

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU