Saturday, May 18, 2024
spot_img

Adli Abdullah “Membedah Sejarah Aceh”

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Buku “Membedah Sejarah Aceh” menambah deretan judul buku mengenai Aceh yang beredar di pasar. Buku yang merupakan kumpulan tulisan M. Adli Abdullah ini memuat sejarah masa lampau yang dikaitkan dengan kondisi aktual masa kini. Melalui buku ini, Adli ingin merangsang generasi muda Aceh untuk mempelajari kegemilangan sejarah nenek moyang mereka.

Buku “Membedah Sejarah Aceh” terdiri atas empat bab: Tokoh, Peristiwa Sejarah, Aceh Kontemporer, dan Renungan Kebudayaan. Di buku bersampul oranye ini, Adli menyuguhkan 24 tulisan yang pernah dimuat di pelbagai media di Aceh. Seperti diakui Dr Harun al Rasyid, penulis buku “Memahami Orang Aceh”, Adli Abdullah menyajikan sejumlah informasi penting dan berharga.

“Saya baru tahu bahwa ada seorang pemuda yang meminta jenazah Kohler (Jenderal Belanda yang meninggal ditusuk di kompleks Masjid Baiturrahman –red.) dikuburkan di Kherkof,” kata Harun al Rasyid pada bedah buku ini di kantor Komunitas Tikar Pandan, Ulee Kareng, Sabtu (20/8) sore.

Harun Rasyid bersama Fauzan Santa membedah buku yang diterbitkan Bandar Publishing ini. Menurut Harun, Adli berhasil menyajikan informasi-informasi baru mengenai sejarah Aceh, yang ditulis dalam bahasa yang mudah dicerna.

“Buku ini banyak memberikan stimulus untuk berbuat dan mau mengapresiasi budaya kita,” kata Harun.

Namun, Harun mengkritik beberapa kata yang ditulis tidak konsisten, seperti masjid dan mesjid. Selain, sederet kesalahan penulisan bahasa Aceh dan karakter.

Fauzan Santa, rektor Sekolah Menulis Dokarim, menilai buku setebal 168 halaman ini enak dibaca. “Kalau generasi saya diberikan buku sejarah Aceh yang ditulis serius, mungkin tidak ada yang membacanya,” kata Fauzan.

Sementara itu, Muhammad Adli Abdullah menyebutkan, sejarah yang disajikan buku ini merupakan live history. “Sejarah secara ideologi dan banyak sejarah yang saya tulis benar-benar faktual. Jadi bukan sejarah an sich. Apa yang terjadi hari ini, saya kaji dengan sejarah masa lampau,” ujar dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala ini.

Adli mengaku tertarik menulis sejarah karena ingin mempopulerkan sejarah gemilang negeri ini. Apalagi, “Generasi sekarang melihat sejarah Aceh sebagai dongeng, karena tidak ada bukti fisik. Istana raja itu tempatnya yang sekarang menjadi kantor Kodim (Kodim 0101/Aceh Besar –red.),” kata sekretaris jenderal Panglima Laot Aceh. “Kita punya budaya merusak, jadi ya bukti fisik istana kita rusak. Hanya makam raja saja yang disisakan (dekat Meuligoe Aceh).”

Di mata Adli, Aceh masa lalu punya sejarah yang gemilang di pentas dunia. “Tapi Aceh tidak punya masa depan yang cukup bagus. Di Malaysia, belajar sejarah Malaysia tidak sah kalau tidak membicarakan Aceh. Jadi, kita melupakan diri sendiri. Sehebat apa pun kita, nye hana tatusoe droe, hana taturi droe, kita tidak akan maju,” lanjutnya. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU