BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Buku berjudul “Bouraq-Singa Kontra Garuda: Pengaruh Sistem Lambang dalam Separatisme GAM terhadap RI” karya Indra Jaya Piliang dibedah di Aceh, Kamis (16/6) di Oasis Hotel, Banda Aceh.
Buku bersampul hitam ini mengulas tentang penggunaan simbol/lambang Bouraq-Singa yang dipakai oleh Gerakan Aceh Merdeka dalam melawan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlambang Garuda.
Linda Christanty sebagai pembedah buku yang diterbitkan Penerbit Ombak itu menyebutkan, Aceh sangat senang dengan simbol-simbol.
“Ada banyak simbol yang bisa didapatkan di Aceh, seperti lambang bouraq-singa, bendera Gerakan Aceh Merdeka, foto Cut Nyak Dhien di museum,” sebut dia dalam Diskusi Buku Bouraq-Singa versus Garuda, Kamis.
Namun, Linda menambahkan, kadang-kadang simbol-simbol tersebut seperti dipaksakan sehingga terkesan tidak saling berkaitan.
“Simbol bagian dari sebuah identitas,” kata dia.
Menurut Linda, agresi yang dibangun oleh GAM berbeda dengan gerakan-gerakan agresi yang terjadi di sejumlah negera lain.
Dalam buku yang diberikan pengantar oleh Otto Syamsuddin Ishak itu, Indra J Piliang menganalisis konflik antara GAM-RI lewat ilmu semiotika.
Menurut Indra, konflik GAM-RI terjadi karena perbedaan dalam menafsirkan lambang/simbol.
“Saya percaya konflik di Aceh terjadi disebabkan berbeda dalam menafsirkan lambang saja,” tutur dia.
Indra juga menyebutkan Indonesia secara historis berdasar atas sistem lambang.
“Kerangka besar buku ini hanya komunikasi antar budaya,” ujar dia. “Jadi kalau kedua pihak yang bertikai saling memahami budaya, bisa dijamin konflik itu tidak bakal terjadi,” tambah Indra. []