BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Masyarakat Aceh mengenang gempa dan tsunami yang sempat meluluhlantakkan negeri ini pada 26 Desember 2004 lalu. Peringatan tsunami ini dilakukan secara sederhana dengan berzikir, santunan anak yatim, dan menziarahi kuburan massal tak bernisan.
Puncak peringatan 11 tahun tsunami dipusatkan di Masjid Rahmatullah Lampuuk, Aceh Besar. Masjid ini merupakan satu-satunya bangunan yang tersisa dari amukan laut di kawasan Lampuuk. Di masjid ini banyak warga menyelamatkan diri dari gulungan ombak raksasa itu.
Meski berada dekat pantai, Masjid Rahmatullah tidak mengalami kerusakan parah. Hanya beton runtuh di sebuah pojok akibat gempa berkekuatan 9,1 pada skala Richter, yang mengguncang Aceh sebelum tsunami menerjang.
Selama masa rekonstruksi, masjid ini dipugar kembali oleh Pemerintah Turki melalui organisasi Bulan Sabit Merah Turki –termasuk membangun lebih 700 unit rumah bagi korban tsunami di sana. Kini, Desa Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, juga dikenal sebagai perkampungan Turki.
Peringatan tsunami di Lampuuk diisi dengan renungan agama oleh Teungku Fakhruddin Lahmuddin, pimpinan Dayah Oemardiyan Indrapuri, Aceh Besar.
Dalam renungan itu, Teungku Fakhruddin menceritakan pelbagai bencana yang dialami umat sebelum datangnya Islam, seperti umat Nabi Nuh yang digulung banjir besar, bangsa Tsamud yang diterjang angin badai selama tujuh hari dan delapan malam.
Bencana-bencana itu, sebut Teungku Fakhruddin, menjadi pelajaran bagi umat manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Teungku Fakhruddin juga menyampaikan pentingnya siaga terhadap bencana. “Mitigasi bencana bukan hanya membangun kota, membangun escape building, early warning system, dan jalur evakuasi. Tapi, siaga bencana adalah juga mengikuti pesan Nabi Hud yaitu memimpina ampun, bertawakkal, dan bertaubat kepada Allah,” lanjutnya.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah yang hadir pada peringatan 11 tahun tsunami di Lampuuk menyebutkan, bencana yang menimpa Aceh harus menjadi pelajaran untuk membangun peradaban yang lebih baik.
“Salah satu pelajaran adalah perlunya mendorong agar masyarakat Aceh peduli dengan pengetahuan di bidang kebencanaan,” ujar Zaini.
Peringatan tsunami juga diisi dengan zikir dan ziarah ke makam massal. Pantauan acehkita.com, warga terlihat menziarahi dua kuburan massal yang ada di Ulee Lheue (Banda Aceh) dan Siron (Aceh Besar). Di dua kuburan massal ini, lebih 60 ribu korban tsunami dimakamkan.
Tsunami Aceh menelan lebih 200 ribu korban jiwa, merusak 800 kilometer garis pantai, meluluhlantakkan ratusan ribu rumah, dan menyebabkan lebih 500 ribu pengungsi. []