BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh Ir. Faizal Ardiansyah menyebutkan bahwa Aceh sama sekali belum siap menghadapi dalam menghadapi bencana.
“Kita belum siap. Kalau kita katakan siap, nanti lalai,” kata Faizal Ardiansyah usai peluncuran bukunya, “Aceh Laboratorium Bencana” di Kampus Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Rabu (8/8).
Ketidaksiapan Pemerintah Aceh dalam menghadapi bencana bisa dilihat dari pola penanganan gempa yang terjadi pada 11 April 2012 lalu. Saat itu, gempa kembar berkekuatan 8,6 pada Skala Richter dan 8,2 SR menggoyang Aceh pada sore hari.
Saat gempa kembar tersebut, kata Faizal, sistem penangangan gempa dan tsunami terlihat kacau. Sirene tsunami yang dipasang di enam titik di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar, tak berfungsi dengan baik. Hanya sirene di Kantor Gubernur Aceh saja yang berbunyi, itu pun hampir satu jam setelah gempa mengguncang Aceh.
“Banyak yang harus dievaluasi kembali. Misalnya kenapa sirene tidak berbunyi, jalur evakuasi, jalur transportasi, dan bagaimana kesiapan sekolah dalam menghadapi bencana, apakah mereka sudah menentukan titik evakuasi siswa,” ujarnya.
Pengalaman 11 April 2012 memperlihatkan bahwa ruas jalan utama macet total akibat bertumpuknya kendaraan. “Harus ada revisi dan penataan kembali jalur kendaraan dan jalur evakuasi,” tambah Faizal Ardiansyah.
Untuk itu, Faizal berharap Pemerintah Aceh memberikan perhatian khusus terhadap upaya pengurangan risiko bencana. Apalagi, masyarakat Aceh tinggal di daerah yang rawan bencana.
“Pemerintah harus mempunyai perhatian khusus terhadap pengurangan risiko bencana, memperbaiki tata ruang, dan juga mempersiapkan apakah bangunan infrastruktur itu tahan gempa atau tidak,” kata dia.
Masyarakat Aceh juga diimbau untuk memahami karakteristik bencana. Dengan memahami karakteristik bencana, maka bisa meminimalisasi korban yang timbul akibat bencana tersebut.
“Paradigma kita tidak bisa lagi bebas dari bencana (free from disaster), tapi harus hidup bersama bencana (living with disaster),” ujar mantan sekretaris Bappeda Aceh itu. []