Radzie/ACEHKITA.COM

KUALA CANGKOI | ACEHKITA.COM — Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) mulai mendata para imigran Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di perairan Aceh Utara, Ahad (10/5/2015) lalu.

UNHCR menurunkan tujuh personelnya, termasuk dua penerjemah untuk menangani para imigran ini. Dua penerjemah didatangkan dari kantor UNHCR Bangkok. UNHCR telah berada di penampungan imigran sejak Senin lalu. Namun, pihak UNHCR mengalami kendala bahasa dalam melakukan pendataan terhadap para imigran.

Pendataan dan wawancara terhadap imigran baru dilakukan pada Kamis (14/5/2015) siang. Satu per satu imigran diwawancarai, diambil sidik jari, difoto. Mereka yang telah didaftar akan diberikan tanda berupa pita biru.

Public Information Officer UNHCR Indonesia Mitra Salima Suryono menyebutkan, pendataan terhadap 584 imigran memakan waktu. “Tahap awal kita tanya semua imigran,” sebutnya kepada acehkita.com, Kamis (15/5/2015).

UNHCR juga akan memilah-pilah para imigran yang keluar dari negaranya karena alasan keamanan dan ekonomi. “Kalau mereka minta suaka, akan kita lindungi,” kata Mitra. “Tapi itu akan dilakukan wawancara sangat mendalam.”

Wawancara mendalam (depth interview), ujar Mitra, akan dilakukan setelah fase penanganan darurat selesai dilakukan.

Hari ini, UNHCR akan kembali melanjutkan pendataan terhadap para imigran.

UNHCR memperkirakan proses penanganan imigran Rohingya dan Bangladesh di Kuala Cangkoi bisa berlangsung berbulan-bulan, tergantung keputusan Pemerintah Indonesia. []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.