Friday, April 26, 2024
spot_img

Tersandung Bekas Jenderal

BELUM lagi kertas suara selesai dibuka, Abdul Azis langsung menanyakan posisi SBY. Si petugas Panitia Pemungutan Suara yang menyambangi pria berusia 87 tahun itu, dengan sabar menjelaskan satu persatu calon presiden yang ada di kertas suara.

Ucok Parta/ACEHKITA.COM
Ucok Parta/ACEHKITA.COM
Saat mendengar penjelasan dari petugas, Azis sempat juga menanyakan Kalla. “Jusuf Kalla, nomor urut tiga,” kata petugas itu sambil menunjuk gambar Kalla yang berpasangan dengan Wiranto, mantan Panglima TNI dan Menteri Pertahanan dan Keamanan pada era BJ Habibie memimpin negeri ini.

Azis rupanya tak hendak mencontreng di kolom pasangan yang diusung Partai Golkar dan Partai Hanura.

“SBY di mana?” lelaki tua itu kembali bertanya. SBY panggilan akrab Susilo Bambang Yudhoyono.

Sejurus kemudian, pulpen bertinta oranye ditorehkan di kolom nomor urut dua: pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.

Azis punya alasan memilih Yudhoyono. “Saya suka SBY,” kata Azis kepada acehkita.com, sesaat usai mencontreng. Siang itu, Azis tak beranjak ke Tempat Pemungutan Suara No 4 Kelurahan Peunayong. Petugas KPPS terpaksa harus mengantar surat suara ke rumah Azis. Pasalnya, pria itu tak bisa mendatangi TPS karena sedang didera sakit, selain usianya yang telah uzur.

Di mata Azis, Yudhoyono adalah presiden yang punya kharisma, tiada cela. “Saya lihat, dia (Yudhoyono) yang terbaik, setelah Sukarno,” kata Azis. Suaranya bergetar, terputus-putus.

Sambil memuji-muji calon presiden kelahiran Pacitan, Jawa Timur, itu, Azis sesekali bercerita kehidupan pribadinya. Pria kelahiran Januari 1922 ini mengaku tak suka aksi tipu-tipu. Tipu-tipu yang dia maksud adalah korupsi dan menipu rakyat.

“Dia antikorupsi. Saya suka pada pemimpin yang tidak suka menipu,” lanjut Azis. “Yang penting, dia gak memaki. Makanya saya pilih SBY.”

Azis adalah satu dari sejuta lebih warga Aceh yang menjatuhkan pilihan pada calon presiden incumbent itu. Ratna, warga Desa Ujong Bate, Aceh Besar, juga kepincut pada pesona calon presiden yang diusung Partai Demokrat.

Bagi perempuan yang sehari-hari berjualan jambee kleng ini, Yudhoyono merupakan pemimpin yang tahu jeritan rakyat kecil. Di mata Ratna, Yudhoyono pintar mengatur ekonomi Indonesia. “Makanya saya pilih dia,” kata ibu tiga anak ini.

Saking senangnya dengan gaya kepemimpinan Yudhoyono, Ratna rela berada di barisan antrean di saat matahari baru sepenggalah. Ia tak rela jika negeri ini jatuh ke tangan calon presiden yang lain. Misalnya, ia mengaku tak suka sama Megawati Sukarnoputri, yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.

“Dulu ibu Mega itu telah membohongi orang Aceh, waktu dia menjadi presiden,” kata Ratna. Ia terkenang pidato Mega di depan warga Aceh saat membuka perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh tahun 2002 lalu. Dalam pidato itu, Mega berjanji tak akan membiarkan darah warga Aceh bercucuran lagi. Bahkan, Mega melakabkan dirinya dengan sebutan Cut Nyak untuk menarik simpati masyarakat Aceh.

Di Aceh, calon presiden incumbent (penguasa) Yudhoyono meraih suara bulat. Dia menang telak atas Jusuf Kalla dan Megawati. Hingga Sabtu (11/7), Yudhoyono telah meraih 1.768.813 atau 93,31 persen. Kalla hanya meraih simpati 75.960 (4,01 persen) dukungan.

Sebelumnya Jusuf Kalla sempat diprediksikan mendulang suara mayoritas di provinsi bekas konflik itu. Sebab, Kalla yang saat itu menginisiasi perundingan damai antara Jakarta dengan Gerakan Aceh Merdeka. Melalui lima babak perundingan di Helsinki, Finlandia, konflik GAM-Jakarta berakhir di meja perundingan.

Namun, Kalla tak serta-merta meraih dukungan massal. Muhammad Hadi punya jawabnya. “Golkar punya trik lama dalam memimpin. Gaya dulu (Orde Baru) masih bisa dilakukan oleh siapa pun dari kader Partai Golkar,” kata warga Lambaro Skep ini.

Menurut Hadi, Yudhoyono-lah yang paling berperan bagi selesainya konflik Aceh. “SBY saat ini pahlawan orang Indonesia,” kata dia.

Bagi Idris, Kalla salah memilih pendamping. “Wiranto terlibat waktu DOM (Daerah Operasi Militer) dulu. Banyak saudara kita yang disiksa,” kata warga Desa Meunasah Pupu, Kecamatan Ulim, Pidie Jaya, itu. []

Salman Mardira, wartawan acehkita.com di Pidie Jaya, menyumbang bahan untuk tulisan ini.

Previous article
Next article
Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU