Friday, April 26, 2024
spot_img

Si Manusia Pohon

SAMALANGA | ACEHKITA.COM — ADA pemandangan aneh yang menyergap warga Desa Gampong Baro, Samalanga, Bireuen: di atas sebatang pohon kelapa setinggi sekitar 25 meter, yang berbuah lebat, bertengger sesosok manusia. Mungkin warga akan segera berlalu jika sosok penuh jambang dan kumis itu adalah pemetik buah kelapa yang disuruh pemiliknya.

Namun keganjilan akan segera muncul begitu sosok di atas pohon berceracau dengan suara keras tanpa juntrungan. Dalam bahasa Aceh yang terdengar sayup-sayup, namun kadang terdengar jelas dari jarak puluhan meter di bawah pohon, maka orang pun akan cepat bisa menebak, bahwa memang ada yang tak beres dengan sosok asing di pohon kelapa. Terlebih lagi saat sosok laki-laki berkaos oblong, lengan buntung dengan celana selutut, itu mengayunkan parangnya membelah kelapa yang sudah dipetiknya. Lalu dengan lahap ia minum air dan memakan daging kelapanya. Dua buah kelapa habis hanya dalam hitungan beberapa menit.

Cut Naimah (70), sang pemilik kebun tempat orang asing itu kini “berkuasa”, tak pernah merasa menyuruh orang untuk memetik kelapanya. Tak jauh dari kebun yang di dalamnya banyak terdapat pohon kelapa dan pisang itu, terdapat Taman Kanak-Kanan (TK) Pocut Meuligoe, yang pemiliknya juga Cut Naimah.

Antara kebun dan TK hanya dibatasi pagar beton berkawat setinggi satu setengah meter. Sontak pada Sabtu (6/2) pagi itu, seratusan murid TK Pocut Meuligoe mendapatkan tontonan menarik dari atas pophon kelapa. Mereka baru mau meninggalkan pinggiran pagar pembatas, saat dua guru menyuruh mereka kembali ke kelas karena mereka harus masuk kelas masing-masing. Pun ketika jam istirahat tiba, murid-murid TK itu lebih memilih menonton “atraksi” si manusia pohon, ketimbang bermain pelosotan dan ayunan di halaman sekolah mereka. Mereka tertawa-tawa geli sambil menatap heran ke arah pohon kelapa.

Begitu juga dengan warga yang melintasi jalanan di halaman TK, banyak yang menghentikan kendaraannya dan mengarahkan pandangan ke atas pohon kelapa. Namun tak satupun warga yang merasa kenal dengan sosok manusia pohon itu. Lalu kapan sosok berkulit sawo matang itu sudah berada di atas pohon?

Menurut sejumlah warga Gampong Baro, dia memanjat pohon kelapa jam 23.00 pada Jumat (5/2) malam. Namun ada juga warga yang menyebut si manusia pohon sudah ada di pohon sekitar jam 00.00.

“Jelasya, tidak ada orang yang melihat pasti jam berapa dia manjat kelapa itu,” kata Ti Angkasah (53), seorang ibu rumah tangga warga setempat, saat acehkita.com bertandang ke sana pukul 17.25 pada Sabtu (6/2). Ti Angkasah juga tak mengenali manusia pohon.

Warga sempat menyuruh turun, “Tapi dia tidak mau turun-turun juga,” kata Ti Angkasah. Bahkan pada pagi hari tadi, beberapa orang polisi dari Polsek Samalanga, mendatangi lokasi kebun di mana sosok manusia pohon itu berada.

“Tapi tetap saja dia nggak mau turun,” kata salah seorang warga lainnya. Warga pun banyak yang menganggap bahwa orang di pohon kelapa itu orang stres, bahkan ada yang menyebutnya sakit jiwa. acehkita.com yang mencoba menanyai Cut Naimah, pemilik kebun—yang rumahnya hanya berjarak sekitar 30 meter dari kebun, seperti tidak berpenghuni.

Rumah Cut Naimah berada sederetan dengan TK. Pintu dan jendela rumah panggung dan ada bagian bawahnya itu, tertutup rapat. Menurut tetangganya, Cut Naimah tinggal bersama seorang anaknya di rumah itu.

Namun, menurut Mahdi (40) warga Mideun Jok, Samalanga yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek, mengaku kenal dengan manusia pohon itu. “Namanya Piah (Hanafiah-red), kampungnya di Pulo Rangkileh, Jeunieb. Umurnya sekitar 40 tahunan,” beber Mahdi yakin setelah warga memberitahukan ciri-cirinya dan Mahdi sendiri melihat langsung si manusia pohon. “Kadang dia ke naik bus dan pergi tak tentu arah dan tujuan. Kadang ke Banda Aceh, atau turun di tengah jalan,” lanjut Mahdi.

Mahdi menambahkan, Kalau sudah lapar, Piah suka memanjat kelapa orang. Biasanya dia baru turun kalau kelapa mudanya sudah habis, lalu meneruskan perjalanan ke mana saja. Namun, Hanafiah tidak pernah menyerang orang lain. Kedua orangtuanya juga sudah almarhum. “Dia masih punya satu orang adik laki-laki di Banda Aceh. Tapi adiknya juga sudah tidak memperdulikannya lagi,” kata Mahdi.

Lalu bagaimana dengan golok yang ada di tangan Hanafiah? “Oh setahu saya, itu hanya digunakan untuk mengupas kelapa muda aja. Dari pada mengemis, mungkin lebih baik begitu,” tukas Mahdi sambil tertawa. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU