BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Pascabanjir akibat meluapnya air sungai di Desa Beureuneut, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar, dipenuhi kayu-kayu yang dibawa air saat banjir menerjang kawasan itu. Kayu berbagai ukuran itu memenuhi aliran sungai yang sempat meluap itu. Ini merupakan banjir terparah yang pernah melanda desa itu.
Pantauan acehkita.com, di dalam sungai yang terletak di perkampungan warga itu dipenuhi kayu-kayu berbagai ukuran yang dibawa air saat banjir kiriman dari pegunungan Lamteuba, itu menerjang kampung yang dihuni oleh 90 kepala keluarga itu.
Banjir terjadi sekitar pukul 20.00 WIB setelah desa itu diguyur hujan lebat sejak pukul 18.00 WIB sore. Pada saat banjir terjadi, warga langsung berlarian menyelamatkan diri kearah yang lebih tinggi dan aman dari terjangan banjir.
Warga berusaha menyelamatkan anggota keluarga mereka saat banjir bandang yang terjadi usai salat Magrib itu menerjang. Bahkan, saat banjir itu menerjang, sebagian warga belum sempat makan malam sehingga harus bertahan dengan perut kosong hingga tengah malam.
acehkita.com yang berada di lokasi beberapa saat pascabanjir melihat, bantuan makanan pertama datang dibawa oleh sejumlah relawan. Bantuan makanan yang datang itu berupa air mineral, mie instan dan kue-kue yang dibawa oleh sejumlah relawan yang datang ke lokasi. Warga yang belum sempat makan saat banjir datang akhirnya menikmati makanan yang dibawakan oleh sejumlah relawan itu.
Akibat dari banjir bandang itu, sebanyak 76 rumah warga yang berada di kawasan rendah terendam banjir. Selain itu, kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir itu antara lain satu rumah hancur, enam unit kedai rusah dan satu hancur.
Selain itu, empat balai pengajian hancur total, delapan perahu nelayan hilang, dua balai nelayan hancur. Kerusakan lainnya yaitu dua pagar masjid hancur total, satu jembatan hancur dan satu unit tempat penginapan santri hancur. Tak hanya itu, 21 tambak yang merupakan salah satu mata pencarian warga juga ikut hancur diterjang banjir bandang itu.
“Banyak harga benda yang hilang termasuk tanaman dan binatang,” tulis relawan dipapan informasi di posko pengungsian.
Geuchik Gampong Beureuneut, Junaidi, mengatakan, banjir yang melanda desanya pada Rabu (2/1/2013) malam itu merupakan yang terparah sejak beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, desa yang dihuni 600 penduduk itu hanya dilanda banjir kecil.
“Ini banjir terparah. Dulu hanya banjir biasa saja. Tidak sampai kayak ini,” kata Junaidi, kepada acehkita.com, Kamis (3/1/2013) dinihari.
Menurut Junaidi, banjir yang menerjang desanya ini disebabkan oleh luapan air sungai, karena turunnya air dari pegunungan Lamteuba, Aceh Besar. Akibatnya, desa yang berada di sepanjang daerah aliran sungai yang bermuara ke Krueng Raya itu digenangi banjir.
“Saat banjir, airnya mencapai tiga meter. Kami langsung lari ketempat yang aman,” ungkapnya.
Sementara Wakil Bupati Aceh Besar, Samsul Rizal, mengatakan, banjir yang menerjang puluhan rumah itu disebabkan oleh tingginya curah hujan yang mengguyur Aceh dan kawasan itu khususnya.
Menurut Rizal, dirinya belum bisa memastikan apakah banjir itu disebabkan oleh kerusakan lingkungan seperti pembalakan liar atau bukan.
“Tidak bisa saya tegaskan ya. Kalaupun ada mungkin hubungannya dengan masalah kerusakan lingkungan, tidak bisa kita pastikan ya,” kata Rizal, kepada wartawan saat mengunjungi korban banjir, Kamis siang.
Kerugian akibat banjir itu diprediksi mencapai miliaran rupiah. Hal itu disebabkan karena banyaknya rumah warga yang rusak dan hewan ternak milik warga yang hilang dibawa air.
“Untuk kepastiannya kita belum ketahui. Karena kita lihat banyak rumah warga yang rusak dan binatang warga yang hilang,” ungkapnya.
Pantauan acehkita.com pada Kamis siang, warga sudah kembali ke rumah untuk membersihkan rumah yang masih tergenang lumpur akibat banjir. Meski demikian, sebagian warga harus tetap berada di pengungsian akibat air yang merendam rumah mereka masih setinggi pinggang orang dewasa.
Tak hanya membersihkan rumah, warga juga terlihat menjemur kembali padi mereka yang sudah direndam air. Selain itu, warga juga mulai menjemur kasur dan mencuci kembali pakaian yang kotor akibat banjir.
Hingga siang hari, bantuan dari berbagai kalangan terus berdatangan untuk korban banjir di Desa Beureuneut itu. Di lokasi pengungsian, relawan juga mendirikan dapur umum dan membawa mobil air bersih untuk disalurkan kepada warga.
“Seumur hidup saya, ini banjir paling parah di desa kami,” ungkap Junaidi.[]