BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Tiga remaja yang ditangkap dan digebuk warga karena dituduh sebagai anak punk membantah semua tudingan warga terhadap mereka.
“Saya bukan anak punk,” kata Deni, warga Montasik, Aceh Besar, yang ditangkap warga di Desa Gani, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu (13/6) malam.
Deni menyebutkan, selepas bekerja sebagai buruh bangunan di Ulee Kareng, ia hendak pulang ke rumahnya di Montasik. Namun sesampai di Desa Gani, ia bertemu dengan teman-temannya. Di sana mereka lantas mengobrol dan duduk santai. Usai salat Magrib, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan puluhan warga yang membawa parang, pisau, dan balok.
“Mereka mau menangkap kami. Karena saya lihat warga ada yang membawa parang dan balok, saya dan teman-teman melarikan diri,” kata Deni kepada wartawan ketika dijumpai di Mapolsek Ingin Jaya, Lambaro, Kamis (14/6) siang.
Deni juga membantah mereka berbuat maksiat seperti yang dituduhkan warga. “Waktu saya di situ, tidak ada perempuan bersama kami,” aku Deni. “Kami juga tidak mabuk-mabukan. Jadi saya tidak tahu apa kesalahan saya sehingga ditangkap warga.”
Hal senada disebutkan Arif Gunawan, yang mengalami luka parah akibat penangkapan itu. Arif kini dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh. “Tidak ada cewek bersama kami. Kami cuma gabung-gabung saja,” ujar Arif, remaja asal Lambaro Skep ini.
Sebelumnya, Kapolsek Ingin Jaya AKP Ibrahim Parades menyebutkan bahwa ketiga remaja ini ditangkap warga karena diduga berbuat mesum. Saat “digerebek”, mereka bersama sejumlah teman perempuannya. Namun, tidak ada satu pun perempuan yang berhasil ditangkap.
Menurut Ibrahim, warga resah terhadap ulah sejumlah remaja yang diduga punk berkumpul di kawasan itu sejak sebulan lalu. Bahkan, mereka berkumpul-kumpul di situ hingga menjelang pagi. []