BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Gerakan Perempuan Aceh mengadakan diskusi publik “Gerakan Perempuan Aceh dan Penguatan Nilai-nilai Toleransi dan Keberagaman” di Aula Museum Aceh, Banda Aceh, Sabtu (12/1). Tujuannya untuk memberi ruang dan meningkatkan pemahaman individu yang berkerja pada isu pembelaan hak perempuan tentang nilai-nilai toleransi dan keberagaman di Aceh.
Norma Manalu dari Gerakan Perempuan Aceh mengatakan ruang bagi perempuan untuk memahami persoalan sosial politik dalam masyarakat sangat sedikit, sehingga perempuan hanya mengetahui perkembangan suatu kondisi dari kelompok laki-laki di sekitarnya.
“Bila ada laki-laki yang mengatakan seseorang telah terjerumus aliran sesat, maka perempuan tidak punya peluang lebih banyak untuk melihat atau mencari tahu tentang kebenaran kabar tersebut,” kata Norma.
“Dampaknya perempuan akan mendukung apapun praktik intoleran yang dilakukan kelompok laki-laki meski sudah diduga akan terjadi kekerasan didalamnya,” tambah Norma.
Pemateri lainnya, Fuad Mardhatillah, mengatakan pendidikan indoktrinatif yang telah berlangsung puluhan tahun merupakan penyebab masyarakat berpikir monolitik, seragam dan tidak cerdas.
“Karenanya ruang aktualisasi keberagaman perlu diperbanyak agar masyarakat terbiasa berpikir luas dan tidak terjebak pada solusi kekerasan,” kata Fuad.
Sehingga pola pikir masyarakat tidak bertolak belakang dengan realitas yang ada dan tidak menjadikan keberagaman sebagai sumber konflik yang justru makin menyudutkan masyarakat pada pemikiran-pemikiran yang sempit.
Diskusi ini diisi oleh Norma Manalu (Gerakan Perempuan Aceh), Nurjannah Ismail (ulama perempuan) dan Fuad Mardhatillah (akademisi IAIN Ar-Raniry). []