Autumn
Oleh : Fira Al Haura
Ada yang melangkah dari matamu,
bersijingkat ke tepi malumu,
bangunkan bunga dan pepohonan
juga orang-orang di pinggir taman,
sendirian.
Berjalan canda senda
menjauh dari samar senja,
kembali menggali tanah-tanah,
yang manis dipeluk entah.
Ketika sembunyi menghalau dementing embun,
pada daun-daun.
Untuk mencipta diri asing
dalam tubuh merinding
bawah gugur,
musim gugur.
Ada yang menyalakan api unggun dalam danau,
Yang aku sendiri tak tahu.
Menjelang pagi,
menyala-nyala gadis perawan
di jalanan merah,
bermesra dekat lampion,
yang terasa asing pada darah.
Matari tak lagi meremang,
sebab cahaya bayang-bayang kian panjang.
dunia beku memanjang,
seperti panas yang,
memanggang.
Tak ada cerita yang ku gubah,
cuma gerimis melukis resah.
Atas debu akan muara,
ditelan sejuta pecinta.
Banda Aceh, November 2012
Cerita Negeriku
Tinggalkan musim kepedihan yang telah berlalu bertahun-tahun lalu. Tentang angin yang menyelinap di pagi. Tentang gemuruh yang datang bersahutan. Tentang laut yang sedari tadi tenang jadi ganas. Menghempas pasir putih, berlarian mengejar apa saja di depan, membiarkan mati nyawa-nyawa yang hidup, meratakan semua hingga jadi padang. Orang-orang bertanya dalam gamangnya mereka,’Inikah yang disebut akhir, Tuhan?’. Tak ada yang berani bersuara sebab risau kematian yang hanya ada dalam diri, saat itu. Minggu menjadi lautan tangis. Sebab kehilangan melanda. Separuh jiwa lenyap dalam gelombang yang tak tahu kuamsalkan seperti apa. Kini setelah bertahun, kembali jadi samudera biru laik permadani luas di ujung negeri kita. Tak ada resam sama sekali. Segalanya bersinar dan terjadi dalam damai yang hadir setiap hari tanpa cela. Tapi, apakah kita tahu akan ada lagi? Semoga saja tak ada episode kematian lagi setelah ini. Cukuplah dengan musim kepedihan yang pernah terjadi.
1.1.2013
FIRA AL HAURA merupakan nama pena dari Shiti Maghfira. Siswi Bahasa Jepang Kougetsu School.