BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Kordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh, Hendra Fadli menilai polisi telah melakukan kecorobohan dan sama sekali tidak profesional dalam bekerja.
“Mereka tidak bisa membaca kekuatan musuh. Penggunaan kekuatan tak proporsional, tidak mengetahui kekuatan musuh,” kata dia usai mendampingi Laila Fajri, istri Kamaruddin yang menjadi korban penembakan oleh polisi saat penggerebekan lokasi yang diduga dijadikan kamp militer kelompok bersenjata di pegunungan Jantho.
Dalam penggerebekan Senin malam dua pekan lalu, polisi menembak mati Kamaruddin dan mencederai Suheri, pemuda tanggung, yang pulang dari mencari ikan di pegunungan Jantho.
“Tidak ada alasan bagi mereka (polisi) untuk menembak, karena seharusnya penggunaan senjata itu untuk membela diri. Tetapi dalam kasus ini tidak,” ujar Hendra.
Ia menduga, telah terjadi penyalah-penggunaan senjata api oleh polisi yang beroperasi di pegunungan Jalin dua pekan lalu, sehingga jatuhnya korban dipihak sipil.
Ada dua warga ditembak saat mencari ikan kala itu, yakni Kamaruddin dan Suheri (14), warga Lamleupueng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar. Suheri kini dilaporkan sudah membaik, setelah sempat kritis beberapa hari dan dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, Banda Aceh. Kini, Suheri sedang pikir-pikir untuk menuntut Kepolisian, kata seorang warga Lamlupueng.
Keluarga korban Kamaruddin serta kuasa hukumnya meminta otoritas Kepolisian mengusut tuntas kasus ini agar memberi keadilan bagi keluarga korban. []