LHOKSEUMAWE | ACEHKITA.COM — Polisi harus menanggung biaya hidup dan pendidikan untuk keluaga dan anak korban warga sipil yang menjadi korban salah tembak dalam operasi pengejaran kelompok bersenjata di pegunungan Jalin, Aceh Besar.
Tuntutan itu disuarakan enam mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa (FKM) Aceh. Mereka melakukan aksi unjukrasa di Bundaran Simpang Jam Kota Lhokseumawe pada pukul 11.00 hingga 12.00 WIB.
Dalam aksi itu, aktivis FKM Aceh menyorot kinerja aparat Kepolisian Aceh dalam melakukan operasi yang masih menimbulkan korban sipil. Dua warga sipil menjadi tewas dalam operasi pengejaran kelompok bersenjata tersebut, yaitu Kamaruddin alias Raja Rimba dan Nurbahri Adam. Keduanya meninggal di tempat yang berbeda.
“Polisi harus profesional, dan harus tahu bahwa senjata polisi dibeli dari uang rakyat, kenapa polisi kini menembak rakyat,” kata Agam Khalilullah, seorang pendemo. “Polri harus bertanggungjawab.”
Agam menyebutkan, polisi harus memberikan biaya hidup dan membiayai pendidikan anak-anak korban yang kini telah yatim. FKM juga meminta polisi agar memperhatikan hak asasi manusia dalam setiap operasi yang dilancarkan. []