MEUREUDU | ACEHKITA.COM – Posko pengungsian Desa Dayah Kleng, Meunasah Balek Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, ramai. Di bawah tenda para pengungsi gempa melepas penat, Sabtu siang 10 Desember 2016.
Posko berdiri tepat di halaman masjid setempat. Ratusan pengungsi dari dua desa sudah tiga malam menginap di sana, setelah Rabu subuh rumah mereka dihancurkan gempa 6,5 Skala Righter.
Sama seperti laiknya posko pengungsi, ada dapur umum yang disediakan untuk menyiapkan makan. Para relawan berseliweran memasok bantuan.
Muslem Ibrahim, salah seorang pengungsi mengatakan segala kebutuhan di pengungsian tersedia. Tanpa kekurangan.
Bantuan yang ada seperti sembako dan perlengkapan sehari-hari. “Bantuan sangat banyak. Harapannya jangan ada oknum yang lebih mementingkan diri sendiri atas bantuan itu. Kita di sini sama semua. Malahan sudah seperti satu bapak dan ibu,” ujar Muslem.
Tapi, masih ada yang kurang. Pengakuannya, para pengungsi banyak tak mandi karena kekurangan air bersih di sana. Air bersih yang didatangkan dengan mobil tanki hanya cukup untuk kebutuhan masak dan lainnya.
“Sudah empat hari setelah gempa saya belum mandi. Hanya membasuh muka saja,” kisah Muslem.
Para pengungsi yang menginap di tenda-tenda adalah korban gempa yang rumahnya rusak berat dan ringan. Warga yang rumahnya masih lengkap juga ikutan mengungsi karena trauma dengan gempa susulan yang terus terjadi.
Muslem sendiri, rumahnya hancur setelah dihentak gempa. Ketersediaan air bersih di rumahnya juga nihil, setelah pipa air sumurnya ikut hancur. Begitu pula yang dialami oleh kebanyakan warga di sana.
Setelah didata teliti, jumlah pengungsi semakin membengkak. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho merilis, hingga Sabtu siang pengungsi telah mencapai 45.326 orang. Beberapa jam sebelumnya hanya terdata 43.000 orang.
Menurutnya pengungsi paling banyak terdapat di Pidie Jaya yaitu 43.613 orang dan sisanya di Bireuen. Mereka tersebar pada posko-posko di beberapa kecamatan yang terimbas bencana gempa. []
HABIL RAZALI
