Friday, April 19, 2024
spot_img

Nestapa Sumiyati

Sumiyati Abakar, 50 tahun, duduk termenung. Di bawah tenda ia menyambut acehkita.com yang mendatangi posko pengungsiannya di halaman masjid Jami’ Nur Abdullah, Desa Baro Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, Aceh, Rabu (14/12/2016).

Ia bersama 200 Kepala Keluarga (KK) lainnya telah enam hari tinggal di tenda pengungsian. Pasca gempa, Sumiyati belum mampu bekerja seperti biasanya.

Sebelum gempa, Sumiyati kerja serabutan. Setiap pagi ia membuat kue untuk ditempatkan di warung-warung sekitar. Saat siang, ia berkebun.

Gempa 6,5 SR mengguncang Pidie Jaya Rabu pekan lalu masih menyisakan luka di jemari kanannya. Sumiyati menuturkan, jari tengahnya hampir putus tertimpa dinding reruntuhan rumah.

“Saat gempa saya tengah tertidur, belum terlalu nyenyak. Karena pukul 03.00 saya masih menyiapkan kue untuk dijual besoknya,” kisah Sumiyati.

Pukul 05.03 Wib, rumahnya tiba-tiba runtuh. Dinding batako menimpa jari tengah Sumiyati. Di rumah itu, ia tinggal bersama tujuh anggota keluarga lain.

Begitu terhimpit dinding, ia berusaha sekuat tenaga melepas tangannya. Punggungnya pun ikut tertimpa reruntuhan, beruntung ia tak tertimbun.

“Saya menarik tangan kanan. Suasana gelap karena listrik ikutan padam. Saat itu saya tidak tahu tangan saya terluka,” cerita Sumiyati.

Berhasil melepas dari himpitan dinding, dia keluar ke halaman bersama tujuh anggota keluarga lain. Semuanya dalam kondisi selamat. Hanya terdapat luka lecet.

Kini, ia bersama 83.838 warga Pidie Jaya, Pidie dan Bireuen lainnya tinggal di tenda pengungsian. Di PIdie Jaya, pengungsi tersebar di 14 titik. Sumiyati belum dapat beraktivitas laik hari biasanya. Luka jari tengah belum kunjung sembuh.

Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa usai menggelar koordinasi di kediaman Bupati Pidie Jaya beberapa waktu lalu mengatakan akan segera membangun hunian sementara dan penyaluran jatah hidup bagi korban gempa.

“Setelah masa darurat baru terungkap korban gempa secara riil,” ujar Khofifah.

Ia menambahkan bahwa pihaknya masih menunggu kejelasan data. Maka dari itu, menurutnya setelah masa darurat baru nampak korban gempa secara riil.

Korban gempa yang dirawat di RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli hingga kemarin tersisa 86 orang dari sebelumnya 400 orang.

Sebanyak 59 di antaranya harus menjalani operasi karena mengalami patah tulang tertimpa reruntuhan bangunan.

“Para korban ditangani langsung oleh dokter ahli dari berbagai rumah sakit. Obat masih mencukupi untuk saat ini,” kata Direktur RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli, drg Mohm Riza Faisal.

Jari tengah sumiyati masih diperban. Lukanya membengkak. Ia tak tau harus berbuat apa. Raut wajahnya pasrah. Sebuah harapan dari benaknya, sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa.

Sumiyati membuat terpal di depan rumahnya. Ia sangat mengharapkan bantuan seperti tenda untuk tidur, selimut dan kelambu.

“Hingga kini, saya belum menerima bantuan apapun. Di posko ini, hanya nasi dari dapur umum yang kami dapatkan,” ujar Sumiyati.

Masjid Jami’ Nur Abdullah telah diratakan. Puing-puing reruntuhan telah dibersihkan. Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo, masjid itu akan dibangun ulang. Sebuah tenda didirikan dalam kompleks yang sama sebagai tempat shalat sementara.

Jam makan siang tiba, Sumiyati bersama pengungsi korban gempa lainnya beranjak menuju dapur umum untuk mengambil makanan. Raut kesedihan dan trauma tampak dari diri mereka. Terutama Sumiyati. []

HABIL RAZALI

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU