Wednesday, April 24, 2024
spot_img

My Name Is Khan, Iam Not Terorist

“Ingatlah ini nak, hanya ada dua jenis manusia di dunia ini: orang-orang baik yang berbuat baik dan orang-orang jahat yang berbuat jahat” pesan sang ibu pada Rizwan kecil dan pesan ini terus diingatnya sampai dewasa.

Rizvan kecil tinggal bersama ibu Razia Khan dan adiknya Zakir di kawasan kecil di Borivali, Mumbai. Ibunya seorang penyulam pakaian. Sedangkan ayahnya, sebelum meninggal bekerja di sebuah bengkel. Di bengkel itu Rizvan sering bermain dan belajar memperbaiki perkakas.

Rizvan sangat takut dengan suara keras, keramaian, dan warna kuning. Ia sedikit berbeda dengan anak lain pada umumnya. Namun itu tidak pernah membuat sang ibu malu. Rizvan juga tidak bisa mengungkapkan perasaanya dengan baik. Tidak ada yang tahu apa yang membuatnya seperti itu. Ia tidak suka mendengar orang memanggilnya Kan tapi Khan dengan suara dari tenggorokan.


Ia dikeluarkan dari sekolah. Namun sang ibu berusaha keras mencari seorang guru privat yang bisa mengajarnya. Sejak saat itu, ia mulai mencoba memperbaiki barang-barang dan berhasil.

Sejak saat itu sang ibu selalu menyanjungnya. Ia selalu bangga padanya melebihi pada Zakir yang juga pintar dan juara kelas. Hal ini membuat Zakir kecil cemburu serta membencinya dan memutuskan berangkat ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya selepas SMA.

Setelah sang ibu meninggal, Zakir mengajak kakaknya tinggal di San Fransisco Amerika, sesuai wasiat terakhir sang bunda. Haseena, istri Zakir lah pertama kali mengenali bahwa abang iparnya mempunyai Asperger’s syndrome yang membuatnya kesulitan menatap lawan bicara, takut keramaian, dan lainnya.

Haseena juga meyakinkan suaminya walaupun memiliki kekurangan. Namun, Rizvan juga mempunyai banyak kelebihan. Dan akhirnya Zakir mangajak Rizvan untuk menjadi penjual produk kecantikan milik perusahaannya.


Shah Rukh Khan memerankan tokoh Rizvan dengan sangat baik. Para pengamat memuji peran itu tampak sangat realistis. Shah Rukh juga mengakui menderita sakit leher dan sakit kepala berat saat memerankan tokoh ini karena terus memerengkan kepalannya. Ia melakukan berbagai reset yang dibutuhkan untuk pengembangan karakter Rizvan.

Film ini menandai kembalinya Golden Bollywood Couple setelah sekian lama tidak pernah syuting bersama. Kajol menemani Shah Rukh dan berperan sebagai Mandira seorang ibu dengan seorang anak.
Jimmy Sheirgill sendiri yang berperan sebagai Zakir mendapatkan peran ini di detik-detik terakhir setalah Aamir Bashir tidak mendapatkan visa untuk syuting di Amerika. Hal sama terjadi pada Zarina Wahab yang menggantikan Shabana Azmi yang memerankan Razia Khan.

Rizvan akhirnya menjadi penjual kecantikan ke salon-salon yang ada. Sebelum berjualan, ia mempelajari semuanya dengan baik bahkan mencoba sendiri produk tersebut. Pekerjaan ini juga yang membuatnya berjumpa dengan Mahira yang bekerja di sebuah salon.
Seorang sales yang jujur tentang barang dagangannya hampir tidak pernah Mandira jumpai selama bekerja. Hal ini membuatnya tertarik berteman dengan Rizvan. Ia bahkan tidak menyangka Khan cepat sekali dekat dengan anaknya, Sameer.

Waktu terus berjalan sampai akhirnya Rizvan dan Mandira menikah setelah melewati beberapa masalah. Mereka pindah dan tinggal di kota kecil bernama Banville bertetangga dengan keluarga Garrick yaitu Mark seorang reporter, Sarah dan Reese anak mereka.

Keluarga mereka menjadi sangat dekat. Mandira akhirnya membuka salon atas namanya sendiri dan menganti nama belakang ia dan anaknya menjadi Khan. Sameer bersahabat Reese.

Kebahagian keluarga kecil ini berakhir setelah peristiwa 9/11 tahun 2001 atau kejadian runtuhnya menara kembar WTC karena ditabrak oleh teroris. Setelah peristiwa ini banyak penduduk Amerika kala itu mulai paranoid dengan Islam.

Khan sendiri identik dengan muslim dan mulai membuat salon Mandira sepi karena namanya. Orang-orang mulai menjauhi mereka karena takut. Kematian Mark saat bertugas meliput perang Irak membuat dua keluarga ini berjarak. Reese pun mulai memusuhi Sameer.

Masalah bertambah kala Sameer ditemukan meninggal dan polisi mengatakan ada indikasi penganiayaan karena namanya. Karena marah dan sedih, Mandira mulai menyalahkan Rizvan atas kematiaan anaknya.

Andai ia tidak pernah menikah dengan Rizvan maka anaknya tidak akan meninggal. Ia meminta Khan pergi dari hidupnya. Saat Rizvan bertanya kapan dia boleh kembali.

“Pergi dan katakan Mr Presiden nama saya Khan dan saya bukan teroris, sehingga anak saya juga tidak dianggap anak teroris, ia hanya seorang anak dan kembalilah setelah itu” kata Mandira dalam amarah. Perjalanan Khan menemui presiden Amerika pun dimulai.

Karan Johar sang sutradara dan penulis dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa film ini tentang berbagai persektif dan sudut pandang dari beberapa opini, fakta, dan propaganda yang terjadi. Disebabkan karena global isu akan diskriminasi dan intoleransi yang terjadi karena terorisme.

Shah Rukh Khan sendiri mengatakan bahwa film ini bukan tentang terorisme atau kejadian 9/11. Tapi tentang hubungan antara manusia serta kemanusiaan. Dan ada tiga hal yang menjadi komponen utama dalam film ini yaitu kisah cinta, Islam, dan autisme.

“Kita harus sama sama melawan demi kemanusiaan. Semua orang harus tau bahwa terorisme itu tidak mempunyai agama dan tidak akan pernah punya agama. Sebagai pembuat film, saya punya tanggung jawab sosial untuk itu dan saya berjanji akan memenuhinya,” ujar Shah Rukh Khan.

Pada sebuah wawancara yang lain pada juli 2009, Khan juga menyebutkan film ini berfokus pada hubungan dunia barat dan Islam serta bagaimana perubahannya beberapa tahun terakhir.

Film ini tidak ingin mengambil bias apapun dalam penggambarannya dan melalui jalan pendidikan. Sehingga bagaimana sebuah keluarga paska kejadian 9/11 diambil menjadi tema.

“Film ini tentang Islam dan bagaimana dunia melihat Islam. Namun kami tidak mengambil satu sisi saja, kami hanya ingin mengambarkan bahwa hanya ada orang baik dan orang jahat dan bukan agama yang menciptakannya melainkan kehidupan.”

Tidak seperti film India yang lain, tidak ada tari-tarian dalam film ini. Selain itu, ada dua lagu sufi yang dirilis sesuai dengan semangat film ini yaitu Allah Hi Rahem dan Sajda. Karan Johan juga mengutip beberapa ayat dalam Alquran seperti surat Al-Maidah ayat 5.

Film ini juga mematahkan pendapat beberapa orang yang memakai kisah Nabi Ibrahim mengorbankan anaknya Ismail. Kisah itu banyak digunakan untuk merekrut “orang-orang untuk melakukan tindakan tertentu atas nama agama”.

Rizvan dalam film ini digambarkan bertemu dengan seseorang. Orang itu menceritakan kisah-kisah yang membuat amarah kelompoknya atas konfilk yang terjadi di berbagai negara. Seperti Ibrahim yang mengorbankan anaknya, maka muslim juga harus mengorbankan diri.

Rizvan tidak setuju dengan pendapat itu. Karena menurut nasehat ibunya, kisah Ibrahim menunjukkan bagaimana yakinnya Ibrahim akan kasih sayang Allah.
“Kisah ini menunjukan bahwa jalan Allah itu adalah jalan kasih sayang bukan kebencian dan perang.”

Film ini sendiri menuai banyak pujian dan antusias penonton. Selain itu, film ini juga berhasil mematahkan beberapa rekor angka penjualan produksi Bollywood.

Tampil pada 60th Berlin International Film Festival pada Februari 2010, tiket film ini terjual habis dalam waktu lima detik pada situs Ebay. Khan sendiri setelah peluncuran film ini sempat tiga kali ditahan di bandara Amerika terkait namanya.

Film keluarga ini menampilkan adegan kilas balik seiring catatan harian yang ditulis oleh Rizvan kepada istrinya. Pada wawancara tentang Film ini Karan Johan mengatakan bahwa My Name Is Khan tidak hanya memberikan masalah tapi juga memberi jawaban dari permasalahan yang ada. []

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU