SIGLI | ACEHKITA.COM — Tradisi teut bude trieng (menyalakan meriam bambu) tidak dilakukan warga Garot, Kecamatan Indrajaya, dan sejumlah desa di Kecamatan Delima, Pidie, pada malam lebaran pertama Hari Raya Idul Fitri 1433 H. Pun demikian, tradisi yang dilakukan saban malam lebaran itu akan dilaksanakan pada malam lebaran kedua. Para pemuda di sana telah bersiap membunyikan bude trieng malam ini.
Pantauan acehkita.com, sejumlah persiapan untuk teut bude trieng seperti tempat untuk melakukan pertempuran sudah rampung dikerjakan. Warga juga menghiasi aneka macam bude trieng seperti tank, dan senjata jenis minimi.
Peperangan dengan meriam bambu biasanya dilakukan antara dua kubu dari dua desa yang hanya dibatasi oleh sungai. Kedua kubu ini akan saling serang.
Selain bude trieng, tradisi yang sudah digeluti warga Garot saban malam lebaran yaitu teut karbet (bakar karbet). Warga juga menyulap drum minyak menjadi pelbagai jenis senjata. Pada malam lebaran pertama hanya terlihat sejumlah anak-anak yang tengah membakar marcon di seputaran lokasi meriam bambu.
“Malam lebaran pertama tidak ada. Bakar meriam bambu hanya dilakukan setiap malam lebaran kedua,” kata Riki, salah seorang warga Garot kepada acehkita.com.
Menurutnya, warga Garot akan membakar meriam bambu pada malam lebaran kedua karena malam lebaran pertama warga melakukan takbir. Pantauan acehkita.com, sejumlah warga Garot melakukan takbir keliling dengan menggunakan mobil bak terbuka.[]