BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Tarmizi A. Hamid, seorang kolektor, berhasil menyelamatkan 24 naskah kuno (manuskrip) dari pelbagai daerah di Provinsi Aceh. Kondisi manuskrip, mulai hancur dan terkelupas.
Menurut Tarmizi, manuskrip kuno yang ia peroleh dari masyarakat di sejumlah daerah itu terancam rusak jika tak segera direstorasi. Pria yang akrab disapa Cek Midi itu akan segera merestorasi, agar 24 naskah kuno itu bisa terjaga dengan baik.
Cek Midi butuh waktu tiga bulan untuk mengumpulkan naskah kuno dari masyarakat. “Saya intip-intip di mana ada masyarakat yang menyimpan naskah kuno. Lalu saya rayu-rayu, sehingga pemilik mau memberikan koleksinya kepada saya untuk dilestarikan,” kata Cek Midi kepada acehkita.com, Sabtu (10/3).
24 manuskrip kuno yang berhasil diselamatkan itu ada empat naskah yang ditulis pada abad 19 Masehi. Sementara selebihnya berasal dari abad 16 dan 17 M. “Kertas kebanyakan dari Eropa, dibuat pada abad 16 dan 17 Masehi,” ujarnya.
Manuskrip mayoritas berisikan soal keraifan lokal, syair dan hikayat, mujarabat dan ajimat, serta doa-doa penting.
“Dari segi kearifan masyarakat, beberapa naskah sangat kental dengan karakteristik Islam dan keacehan,” tambah Cek Midi.
Di antara naskah kearifan lokal yang berhasil diselamatkan yaitu tatacara membangun rumah yang selalu diiringi dengan doa yang sangat mudah dihafal dan diimplementasikan.
“Baik sejak membangun pondasi hingga peusok bajoe atawa pateng,” ujarnya.
Menurut Cek Midi, ada beberapa naskah lain yang menunjukkan ciri khas tertentu, baik itu dalam bentuk prosa maupun syair (hikayat). “Ini tentu butuh ekstra kerja keras untuk dapat mendeskripsikannya,” kata dia.
Hampir semua manuskrip, kata Cek Midi, berbahasa Melayu. Sementara ada dua atau tiga berbahasa yang bercampur dengan bahasa Aceh atau Arab.
“Sebagai catatan penting, ada beberapa naskah sangat penting dan berharga, dan itu telah melengkapi bagian-bagian koleksi saya selama ini,” ujarnya. []