BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Aceh, Anwar Yusuf Ajad, mengungkapkan bahwa kasus kekerasan maupun seksual yang menimpa anak Aceh sangat banyak. Hal itu disebabkan karena perlindungan terhadap anak sangat lemah.
“Selain itu, banyak anak-anak kecil Aceh yang sudah mulai bekerja dan dipekerjakan,” kata Anwar kepada wartawan di sela-sela acara solidaritas untuk Diana, Sabtu (13/4/2013) malam.
Menurut Anwar, ada tiga elemen penting yang bertanggung jawab terhadap perlindungan anak, yakni orang tua, masyarakat, dan juga pemerintah. “Tapi pemerintah sekarang tidak serius dalam melindungi anak Aceh. Padahal Pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus bisa memperhatikan nasib anak Aceh,” ungkapnya.
Kasus yang menimpa anak, sebut Anwar, yaitu beragam mulai dari pelecehan hingga kekerasan. Namun Anwar enggan menyebutkan secara detail terkait kasus yang banyak ditanganinya.
“Berbagai kasus terhadap anak yang saya tangani. Tapi saya tidak bisa membuka kasus apa karena kalau saya buka maka anak-anak ini akan hilang yaitu hilang akhlaknya, agamanya termasuk hilang dirinya,” ujar Anwar. “Di Aceh sedang ada sistem penghancuran moral terhadap anak secara besar-besaran.”
Anwar menambahkan, masalah kemiskinan juga salah menjadi faktor utama kasus kekerasan maupun tindakan lainnya yang terjadi pada anak. Ia mengungkapkan bahwa banyak perempuan Aceh yang rela menjadi pelacur akibat masalah ekonomi.
Selain itu, tidak adanya penerapan syariat Islam secara kaffah juga menjadi faktor terkuat meningkatnya kekerasan pada anak. Untuk itu, ia menghimbau kepada pemerintah dan masyarakat Aceh untuk lebih memperhatikan nasib anak-anak dan menjaga moral mereka.
“Jika moral anak tidak mampu kita ubah dan kita jaga, bukan tidak mungkin dua tahun ke depan Aceh akan lebih bahaya prostitusi dibanding Thailand,” ungkapnya saat menyampaikan kata-kata sambutan dalam aksi solidaritas untuk Diana.[]