Thursday, April 25, 2024
spot_img

KHUTBAH | Perencanaan Islami di Awal Tahun

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan segala sesuatu dan menetapkan ketentuan atas seluruh makhluk-Nya. Dialah satu-satunya yang menguasai serta mengatur seluruh alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Ibnu Sakdan. | Dok. www.gemabaiturrahman.com
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kapan dan di manapun kita berada. Karena dengan bertakwalah seseorang akan mendapatkan pertolongan-Nya untuk bisa menghadapi berbagai problema dan kesulitan yang menghadangnya. Begitu pula, marilah kita senantiasa merenungkan betapa cepatnya waktu berjalan serta mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian yang kita saksikan.

Bulan demi bulan telah berlalu dan tanpa terasa kita telah berada di awal tahun 2012 masehi. Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya waktu hidup kita di dunia dan mengingatkan semakin dekatnya ajal kita. Maka sungguh aneh ketika didapatkan ada sebagian orang yang justru bersenang-senang dengan berfoya-foya dalam menyambut tahun baru. Seakan-akan dia tidak ingat bahwa dengan bertambahnya hari, maka bertambah dekat pula saat kematiannya.

Di sisi lain, perayaan tahun baru tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Bahkan hal itu justru merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT. Karena mereka sebagaimana disebutkan oleh Allah adalah orang-orang yang tertipu dengan kehidupan dunia sehingga yang mereka bangga-banggakan adalah kemewahan .

Allah telah menyebutkan tentang mereka di dalam firman-Nya
“Dan mereka (orang-orang yang ingkar itu) berbangga-bangga dengan kehidupan dunianya, padahal tidaklah kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, kecuali hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (Q.s. Ar-Ra’d: 26)

Ayat-ayat yang semisal ini banyak disebutkan dalam Alquran. Mengingatkan kita untuk tidak mengikuti akhlak orang-orang yang membangga-banggakan dunia. Yang demikian ini karena sifat membangga-banggakan dunia akan menyeret pelakunya pada kesombongan dan melalaikannya dari mengingat kematian dan beramal untuk akhiratnya. Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk meninggalkan kebiasaan mereka dalam merayakan tahun baru yang bernuansa foya-foya, sebab yang demikian itu bukan termasuk ajaran Islam. Bahkan merupakan kebiasaan orang-orang kafir.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah,
Ketahuilah bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi seorang muslim. Bahkan lebih berharga dari harta dunia yang dimilikinya. Karena harta apabila hilang maka masih bisa untuk dicari. Sementara waktu apabila telah berlalu tidak mungkin untuk kembali lagi. Sehingga tidak ada yang tersisa dari waktu yang telah lewat kecuali apa yang telah dicatat oleh malaikat. Maka sungguh betapa ruginya orang yang tidak memanfaatkan waktunya apalagi jika dipenuhi dengan kemaksiatan kepada Rabb-nya. Meskipun kehidupannya serba tercukupi dan serba ada, namun apalah artinya kalau seandainya berakhir dengan menerima siksaan api neraka. Allah berfirman,

“Maka tentunya engkau tahu, jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (Q.s. Asy-Syu’ara: 205-207)

Kaum muslimin Hamba Allah Sidang Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Pada masa pemerintahan Amiril Mukminin ‘Umar ibn Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu ditetapkan penanggalan yang diberlakukan untuk urusan kaum muslimin. Beliau menetapkan peristiwa hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai permulaan penanggalan Islam dan menjadikan bulan Muharram sebagai bulan yang pertama dalam penanggalan tersebut setelah bermusyawarah dengan para sahabat yang masih hidup di masanya. Dengan harapan dengan adanya sistem penanggalan memudahkan kita untuk menyusun rencana-rencana dan langkah-langkah yang perlu ditempuh dengan target-target yang diinginkan, sehingga kehidupan kita umat Islam menjadi kehidupan yang teratur.

Seharusnyalah umat Islam adalah pekerja, umat yang tinggi etos kerjanya.Banyak ayat dalam al-Qur’an yang menggambarkan hal tersebut:

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.(QS.Ar-ra’d:11)

Islam menginginkan ummatnya menjadi pribadi yang kuat dalam segala aspek, mempunyai jiwa yang dinamis selalu ingin merubah diri dan mempunyai perencanaan hidup ke arah yang lebih baik, tidak statis alias jalan di tempat.

Salah satu ayat yang memotivasi umat ini dalam berbuat penuh rencana dengan langkah-langkah yang strategis untuk memperoleh kehidupan yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat adalah:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Surat Al-Hasyr, ayat 18)

Para ahli tafsir menafsirkan ayat ini:
a) Al-Ghozali menafsirkan ayat tersebut bahwa manusia diperintahkan untuk memperbaiki dirinya, untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, dimana proses kehidupan manusia tidak boleh sama dengan kehidupan yang sebelumnya (kemaren), disamping itu kata perhatikanlah menurut Iman Al-Ghazali mengandung makna bahwa manusia harus memperhatikan dari setiap perbuatan yang dia kerjakan, serta harus mempersiapkan diri (merencanakan) untuk selalu berbuat yang terbaik demi hari esok.

b) Quraish Shihab dalamnya tafsir “al-Misbah”, beliau mengatakan bahwa kata waltanzhur’ nafsumma qaddamat lighad mempunyai arti bahwa manusia harus memikirkan terhadap dirinya dan merencanakan dari segala apa yang menyertai perbuatan selama hidupnya, sehingga ia akan memperoleh kenikmatan dalam kehidupan ini.

c) Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H), menafsirkan bahwa: merencanakan sesuatu demi kemaslahatan orang banyak harus dimulai dari dirinya sendiri, kata hari esok (akhirat) difahami bahwa apa yang direncanakan harus membawa kepada kebahagiaan untuk masa depan (akhirat).

Patut direnungkan dalam ayat ini bahwa Allah SWT menggunakan fi’il madhi (telah berlalu) yang menunjukkan kesiapan kita kaum muslimin harus sudah siap betul, kalau kita terjemahkan ayat ayat tersebut:

Apa yang telah dipersiapkan oleh setiap jiwa untuk hari esok?

Bukan apa yang akan dipersiapkan, tapi apa yang telah dipersiapkan untuk hari esok. Di sini menunjukkan bahwa kita umat Islam setiap saat sudah mempersiapkan diri untuk menyongsong hari-hari hidup ke depan. Inilah konsep hidup ideal kaum muslimin.

Hari esok sejati yang diinginkan ayat ini menurut para mufassir adalah ialah hari akhirat. Hidup tidaklah akan disudahi hingga di dunia ini saja. Dunia ini hanyalah semata-mata masa untuk menanam benih. Adapun hasilnya akan dipetik adalah di hari akhirat kelak. Renungkanlah oleh tiap diri apakah yang telah kita buat perencanaan dan telah kita lakukan untuk diperoleh hasilnya di akhirat kelak?

Maka ditentukanlah oleh Tuhan apa yang akan dikirim terlebih dahulu di waktu hidup ini, yang akan didapati di akhirat esok. Dalam permulaan mem¬buka pelajaran al-Quran telah bertemu ayat 3 dari Surat al-Baqarah bahwa pokok pegangan hidup itu ialah:

(1) Iman kepada yang ghaib,
(2) men¬dirikan shalat
(3) menafkahkan rezeki yang diberikan Allah.
(4) percaya akan peraturan Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad,
(5) percaya pula kepada peraturan-peraturan yang diturun¬kan Allah kepada Nabi-nabi yang sebelum Nabi Muhammad dan
(6) yakin bahwa hari akhirat itu pasti ditemui.

Oleh sebab itu maka teranglah apa yang dimaksud dengan ayat ini. Yaitu seyogyanyalah orang-orang yang telah mengaku beriman memupuk imannya dengan takwa, lalu merenungkan hari esokya, apa gerangan yang akan di¬bawanya menghadap Allah; hitunglah terlebih dahulu laba rugi hidup sendiri sebelum dihitung kelak. Renungkanlah perbekalan yang telah ada dan mana lagi yang kurang. Karena perjalanan akan terus melaju dari dunia ini ke pintu kubur, ke alam barzakh dan ke hari akhirat.

Perencanaan merupakan proses untuk menentukan kemana harus melangkah dan mengidentifikasi berbagai persyaratan yang dibutuhkan dengan cara efektif dan efesien, sehingga perencanaan sesuai yang diinginkan dalam Islam sesuai yang diinginkan Surat Al-Hasyr, ayat :18, mengandung enam pokok pikiran:

Pertama, perencaaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan.

Kedua, keadaan masa depan yang diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya.

Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu dilakukan usaha-usaha.

Keempat, usaha untuk menutup kesenjangan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai ikhtiar dan alternatif.

Kelima, perlu pemilihan alternatif yang baik, dalam hal ini mencakup efektifitas dan efesiensi.

Keenam, alternatif yang sudah dipilih hendaknya diperinci sehingga dapat menjadi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan keputusan maupun kebijaksanaan dalam hidup. []

* DRS. H. IBNU SA’DAN, M.PD, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh

** Materi khutbah Jumat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ini ditayangkan acehkita.com bekerjasama dengan Tabloid Jumatan Gema Baiturrahman.

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU