Ilustrasi | Ucok Parta/ACEHKITA.COM

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Banda Aceh siap mempromosikan dan memasarkan hasil kerajinan tangan masyarakat penyandang cacat terutama kepada wisatawan yang datang ke kota ini. Hal ini untuk meningkatkan taraf hidup penyandang disabilitas.

“Kita siap membantu promosi dan memasarkan yang penting kualitas barangnya harus memenuhi standar,” kata Kepala Disbudpar Banda Aceh Fadhil saat menghadiri maulid dan diskusi bersama kaum difabel di Aula Lantai IV Balai Kota Banda Aceh, Rabu (11/2/2015).

Menurut Fadhil, salah satu misi Banda Aceh adalah meningkatkan kesejahteraan difabel. Selama ini, kata dia, pemerintah terus bekerja dalam memenuhi tuntutan ini, “meski dengan anggaran terbatas.”

Sejumlah penyandang tuna netra dalam diskusi ini mengeluh banyak usaha panti pijat mereka terancam gulung tikar, seiring bertaburnya pijat refleksi dengan fasilitas modern. Mereka mulai kesulitan mendapat pasien, sehingga berpengaruh kepada pendapatan.

Separuh dari tuna netra yang bekerja sebagai mimijat, kata Burhanuddin, Ketua Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia Aceh, kini banting setir jadi pengemis di jalanan. “Ini perlu diperhatikan,” ujar pemilik panti pijat ini.

Fadhil mengatakan sulit melarang pijat refleksi buka usaha di Banda Aceh, seiring dengan majunya kota ini ditambah dengan meningkatnya arus kunjungan. Namun, hal yang perlu dilakukan panti pijat tradisional tuna netra adalah meningkatkan pelayanan, sesuai standar pasar.

Misalnya adalah memperhatikan kebersihan kamar pijat, kemudian fasilitas-fasilitas di dalamnya sehingga membuat pelanggan pijat nyaman. “Kenyamanan ini sekarang yang dicari pasien,” ujarnya.

Fadhil juga menyarankan kepada disabilitas agar jangan hanya terpaku pada panti pijat semata, tapi perlu beralih ke industry ekonomi kreatif seperti membuat kerajinan tangan. “Ekonomi kreatif salah satu yang sangat potensial di Banda Aceh.”

Disbudpar siap mempromosikan hasil kerajinan ke hotel-hotel, swalayan serta pusat-pusat penjualan aksesoris atau souvenir khas Aceh. “Nanti turis-turis bisa kita arahkan ke sana untuk cari souvenir,” ujarnya.

Fadhil berjanji akan menyampaikan sejumlah keluhan penyandang cacat ke Dinas Sosial. Terutama untuk melatih ketrampilan juga memberi bantuan modal usaha jika memungkin. “Yang penting habis dikasih modal jangan tidak dijalankan usahanya.” []

ATTAYA ALAZKIA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.