Saturday, May 4, 2024
spot_img

Kala Barongsai Berkolaborasi dengan Seudati

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Sambil menjentikkan jemari dan memukul perut, delapan pria itu mengitari barongsai berwarna kuning. Sesekali, mereka berdiri membentuk lingkaran dengan barong di tengahnya. Di lain waktu, barongsai berjingkrak-jingkrak, mengikuti irama tabuhan gendang. Begitu pula dengan para pria berpakaian serba putih itu, yang menari mengikuti irama rebana dan seurune kale.Itulah pemandangan tari Seudati yang berkolaborasi dengan atraksi barongsai di Kompleks Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh, Ahad (2/2/2014). Ratusan orang terhibur dengan atraksi yang mempersatukan dua budaya itu.

Pagi tadi, dua barongsai berduet dengan para penari Seudati. Barongsai dan Seudati jarang dipentaskan secara bersamaan di Banda Aceh. Apalagi kedua seni tersebut berasal dari dua etnis yang berbeda.

Barongsai merupakan tarian tradisional Cina dengan menggunakan sarung yang menyerupai singa. Di Banda Aceh, barongsai baru dikenal luas oleh masyarakat dalam dua tahun terakhir ini. Etnis Tionghoa Banda Aceh sering mementaskan tarian barongsai kala menyambut hari besar keagamaan atau hari sakral bagi etnis Tionghoa, seperti menyambut Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, atau Hari Raya Waisak.

Sementara Seudati merupakan seni tari khas Aceh. Kata seudati berasal dari Bahasa Arab, syahadatain atau syahadati, yang berarti kesaksian atau pengakuan. Nah, tarian Seudati diiringi dengan syair yang dibacakan oleh syeh (pimpinan) yang berisikan puja-puji kebesaran Sang Khalik. Lazimnya, tari Seudati dimainkan oleh delapan orang dalam satu kelompok. Tarian ini diiringi dengan seurune kale (alat musik tiup khas Aceh –red.) dan tabuhan rebana.

Pementasan tarian yang berasal dari dua budaya yang berbeda ini dilakukan oleh komunitas Macan Putih dan Nurul Alam. Kriswan, pelatih barongsai di Komunitas Macan Putih, menyebutkan, pihaknya membutuhkan waktu seminggu untuk mempersiapkan tarian duet ini. “Kami senang bekerjasama dengan tarian tradisional lainnya. Saat ini baru seudati. Mungkin nanti bisa dengan ranup lampuan atau lainnya,” kata Kriswan, Ahad (2/2/2014).

Kolaborasi barongsai dan Seudati sengaja dilakukan untuk mempererat hubungan dua etnis di Aceh. “Biar kita di Aceh bisa terus bersatu, masyarakat kita aman dan makmur,” kata Kriswan.

Pementasan ini, kata pria yang akrab disapa Apong, itu juga untuk memberitahukan kepada masyarakat luas bahwa kehidupan antaretnis di Aceh berjalan dengan harmonis. Menurutnya, atraksi barongsai dan seudati merupakan kolaborasi dua budaya. “Ini untuk memperkenalkan kepada orang di luar bahwa Aceh sudah aman dan damai. Jadi jangan takut berkunjung ke Aceh,” ujar Apong. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU