Radzie/ACEHKITA.COM

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Anda pencinta batu giok dan akik? Jangan lewatkan untuk datang ke Pasar Atjeh, Banda Aceh, mulai Sabtu besok hingga Selasa pekan depan karena di lantai tiga digelar pameran dan kontes batu cincin. Event tingkat nasional itu telah dibuka Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Jumat sore (6/3/2015).

Ketua Gabungan Pencinta Batu Alam (GaPBA) Aceh, yang juga ketua panitia acara, Nasrul Sufi, mengatakan, terdapat 80 stand yang memamerkan berbagai batu mulia. Di antaranya terdapat perwakilan dari enam luar Aceh yaitu Medan, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta, Jakarta dan Kalimantan.

Sementara peserta yang ikut kontes telah mencapai 500 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Kontes yang dimulai besok dibagi dalam 19 kategori untuk kelas idocrase, chalcedony (cempaka), dan akik dengan semua jenis variannya.
Kelas idocrase yang diperlombakan adalah jenis solar, bio solar, lumut, dan neon ukuran kecil, sedang, dan besar.

Untuk kelas chalcedony terdiri dari jenis sunkist, solar madu, nefrite, cempaka merah, cempaka madu, black jade, lavender, sulaiman, bacan, dan mega mendung. Sedangkan pada kelas akik mencakup batu bergambar, pancawarna, geuliga, lumut serta kategori batu unik, antik, dan langka.

Nasrul yang telah menjadi pencinta batu mulia mulia sejak 2007 silam, menyakini setiap hari lebih dari 2.500 orang akan mendatangi ajang pameran batu cincin.

“Target kami selama lima hari acara itu akan terjadi transaksi Rp 4 miliar,” tuturnya. Alasannya demam batu giok dan akik telah menjalar seluruh komponen masyarakat mulai dari orang dewasa, perempuan, dan anak-anak dengan berbagai latar belakang sosial.

Menurut dia, tujuan pameran dan kontes batu cincin tingkat nasional adalah untuk memperkenalkan batu mulia Aceh sehingga kegiatan itu diberi tema “batu Aceh di mata dunia.”

“Dunia harus tahu bahwa batu Aceh memiliki kualitas bagus. Selain itu, ada hal baru di Aceh sebagai suvenir dan sekaligus menjadi potensi wisata baru,” ujar Nasrul.

Dengan ada booming batu mulia di Aceh, tambahnya, juga telah mengurangi angka pengangguran karena peluang bisnis giok dan akik menjalar di hampir seluruh daerah Aceh.

Sementara itu, Ahmad Ridwan, seorang pengusaha batu mulia menyatakan bahwa dia mendaftarkan dua jenis batu cincin untuk berlomba dalam kontes, yaitu jenis giok neon dan nefrite.

Lelaki asal Padang Sidempuan, Sumatera Utara, ini juga ikut pameran untuk menjajakan berbagai koleksi batu mulianya. “Target saya menang kontes, karena batu cincin saya bersih dan mengkilat, terutama neon,” ujarnya optimis.

Pria yang akrab disapa Iwan itu mengaku, saat pertama datang ke Nagan Raya pada 14 Oktober 2013, ia hanya bermodal nekat dengan sepasang baju di badan serta uang makan Rp 20.000 karena di daerah kelahirannya tak ada pekerjaan. Ia ingin mengadu nasib dengan menjadi pencari batu giok.

“Lalu, Iwan ikut warga lain mencari batu giok di daerah Gunung Singgah Mata. Iwan dapat sebongkah idocrase super ukuran kecil. Beratnya hanya 2,3 kilogram. Batu itu, Iwan asah 10 mata dan sisa bongkahan saya jual Rp 2,5 juta,” jelasnya menceritakan awal dia terjun ke dunia bisnis batu mulia.

Iwan menjual mata cincin yang telah diasahkan kepada seorang temannya di Jakarta dengan harga Rp 200.000 per biji.

“Kalau sekarang harga mata cincin yang pertama saya jual bisa mencapai lebih dari Rp 30 juta per biji,” katanya.

Saat ditanya prospek bisnis batu mulia, Iwan menjawab, “Mantap. Lebih dari cukup. Hasilnya tak pernah disangka.” Omset usahanya sebulan mencapai Rp 300 juta.[]

NH

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.